Petang yang cerah,
siulan burung-burung kecil menyapaku dari balik ranting dan dedaunan.
Melantunkan irama cinta yang tenang.
Damai karena tiada lagi keluhan.
Nun jauh di ufuk barat, matahari bergegas menuju peraduan,
di balik bukit nan rimbun,
di tempat paling nyaman dan teduh,
tanpa ada yang mengusik.
Lihatlah,
setiap kali kupandang langit yang mulai membias kejinggaan,
terpantul keindahan petang hari,
memukau hati yang tengah mengucap syukur.
Subhanallah walhamdulillah.
Indah rupawan lukisan petang, berbingkai tonggak-tonggak kokoh pepohonan
yang menopang langit jingga,
alam seakan turut bercengkrama,
indah nian kuasa ILLAHI.
Seakan tak ada yang bisa menandingi.
Duhai hati yang merekah,
terlanjur sudah engkau tebarkan aroma lezatnya cinta.
Seakan tak ingin sekedar mencicipi,
kureguk puas ketenangan di dalamnya.
Sampai aku terpukau, tapi aku tak ingin hanyut, dan inilah cinta.
Cinta yang patut kusyukuri.
Subhanallah walhamdulillah.
Wahai Allah,
hati bernyanyi setiap kali menampak kekaguman pada ciptaanMU.
Dair segala penjuru, yang kudapati tak lebih adalah kesempurnaan,
dan takjub aku dengan segala jenis keindahan yang Engkau gambarkan.
Lihatlah,
rasakanlah,
indah dunia kurasa sangatlah sempurna,
hati dan jiwa terbang dalam kata dan pujian yang tak terucapkan.
Subhanallah,
terima kasih ya Rabb. . .
Ketika seluruh indra manusiaku terpukau,
ketika itu satu dua tiga ada yang menyadari.
Kegembiraan terpancar di petang hari,
senyuman merekah ketika hati bersorak dalam ketenangan.
Ah, indah nian. . .
Petangku semakin tenang,
petangku semakin terasa memabukkan.
Dan semua rasa syukurku,
terbayarkan ketika adzan maghrib memecah kesunyian.
Allohu akbar.
Allah Maha Besar.
Engkaulah, penentu setiap kondisi hati ini.
Terang redupnya kalbu,
petang ini,
aku bersyukur.
Hati tenang dalam keceriaan.
Tak ada satu hatipun yang mengusik.
siulan burung-burung kecil menyapaku dari balik ranting dan dedaunan.
Melantunkan irama cinta yang tenang.
Damai karena tiada lagi keluhan.
Nun jauh di ufuk barat, matahari bergegas menuju peraduan,
di balik bukit nan rimbun,
di tempat paling nyaman dan teduh,
tanpa ada yang mengusik.
Lihatlah,
setiap kali kupandang langit yang mulai membias kejinggaan,
terpantul keindahan petang hari,
memukau hati yang tengah mengucap syukur.
Subhanallah walhamdulillah.
Indah rupawan lukisan petang, berbingkai tonggak-tonggak kokoh pepohonan
yang menopang langit jingga,
alam seakan turut bercengkrama,
indah nian kuasa ILLAHI.
Seakan tak ada yang bisa menandingi.
Duhai hati yang merekah,
terlanjur sudah engkau tebarkan aroma lezatnya cinta.
Seakan tak ingin sekedar mencicipi,
kureguk puas ketenangan di dalamnya.
Sampai aku terpukau, tapi aku tak ingin hanyut, dan inilah cinta.
Cinta yang patut kusyukuri.
Subhanallah walhamdulillah.
Wahai Allah,
hati bernyanyi setiap kali menampak kekaguman pada ciptaanMU.
Dair segala penjuru, yang kudapati tak lebih adalah kesempurnaan,
dan takjub aku dengan segala jenis keindahan yang Engkau gambarkan.
Lihatlah,
rasakanlah,
indah dunia kurasa sangatlah sempurna,
hati dan jiwa terbang dalam kata dan pujian yang tak terucapkan.
Subhanallah,
terima kasih ya Rabb. . .
Ketika seluruh indra manusiaku terpukau,
ketika itu satu dua tiga ada yang menyadari.
Kegembiraan terpancar di petang hari,
senyuman merekah ketika hati bersorak dalam ketenangan.
Ah, indah nian. . .
Petangku semakin tenang,
petangku semakin terasa memabukkan.
Dan semua rasa syukurku,
terbayarkan ketika adzan maghrib memecah kesunyian.
Allohu akbar.
Allah Maha Besar.
Engkaulah, penentu setiap kondisi hati ini.
Terang redupnya kalbu,
petang ini,
aku bersyukur.
Hati tenang dalam keceriaan.
Tak ada satu hatipun yang mengusik.
***
Ramita Zurnia
Postingan ulang note fesbuk-ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar