Rabu, 28 Oktober 2015

#FFRabu – Sebut Aku Putrimu, Bapak.

Lagi–lagi keheningan mencekik erat suasana di antara kami. Kutatap wajahnya, kucoba menerjemahkan ekspresi pada raut muka mengeriput itu. Kutahan keinginan untuk bertanya, sementara kutahu, ada hal yang terus mengganjil di benaknya.

"Oh, Sebaiknya sa–saya pergi saja."

Kurapihkan helai poniku yang berantakan menutupi mata.
Lelaki itu masih saja diam, marahkah?

"Duduklah! Bertahun aku mencarimu, Joko. Apa hatimu membatu, putraku?"

Aku berkeringat. Lelaki itu memang bapak kandungku. Tapi apa yang harus kujelaskan?
Toh, beliau tidak akan pernah mengerti keadaanku.

"Maafkan aku, Pak." Kurapihkan kembali posisi rok mini di luar stocking berwarna gelap yang membungkus rapat kaki jenjangku. "Sekarang, sebut aku putrimu!"

***

Words : 100 pas


Yeaaay, hari Rabu kembali datang. Sudah pasti ada #FFRabu di MondayFF.
#FFRabu – "Sebut Aku Putrimu, Bapak"
Oleh : Ramita Zurnia
(twitterku : @Mitha_AdelSanto)

Sabtu, 24 Oktober 2015

#PestaFiksi02 – Kehidupan Untuk Ibu Bumi

"Ibu, aku akan dibawa ke mana?"
Aku bingung sekali, tangan–tangan kekar menjangkau diriku dari sisi ibu. Ibu mengedipkan mata, mungkin maksudnya agar aku bersikap lebih tenang, tak perlu bertanya–tanya lagi.

Aku tidak protes saat laki–laki keling itu membopong tubuhku ke atas truk. Berjejalan dengan teman–teman lainnya, yang seumuran denganku.

"Nak, kamu akan baik–baik saja." Ibu berupaya meredam kecemasanku.

Ibu tak tahu bahwa aku berupaya menelan kebimbanganku sendiri. Mungkin tidak lama lagi truk besar ini akan mengangkutku, sementara ibu?

"Nak, kamu harus ingat semua nasihat ibu. Di tempat yang baru, kamu harus terus hidup, tumbuh besar, dan bisa memberikan kehidupan untuk mereka–mereka yang ada di sekitarmu."

Aku mengangguk. Truknya mulai bergerak. Semakin lama, semakin jauh meninggalkan rumah tempat aku dilahirkan.

"Sudahlah, Mahoni. Bukankah kamu harus melanjutkan misi besar ini? Kamu dan lainnya akan ditanam, bisa tumbuh bebas dan memberi kehidupan pada bumi ini!" batinku bersemangat.

***
Words : 150 pas

Flash Fiction : "Kehidupan Untuk Ibu Bumi"
kupersembahkan untuk BUMI, dan kuikutkan pada #PestaFiksi02 RedCarra tema BUMI. :))
Oleh : Ramita Zurnia (twitter: @Mitha_AdelSanto)

Rabu, 21 Oktober 2015

#FFRabu – "Lukisan Negeri Asap"

Aneh.
Senyum mereka terhimpit oleh cekungnya pipi, dengan sepasang bola mata melotot–hampir copot.

Ahh, ada apa dengan negeri ini? Apa tempat ini baru diterjang badai api? Pucuk–pucuk pepohonan menghitam–gosong.

"Jangan heran, Dik! Air mukamu jelas tahu kepedihan kami." Seorang lelaki tua di pojokan kanvas mulai mengoceh. Dia nampak paling sibuk–paling banyak bicara.

"Eeh, Bapak memahami keherananku?"

"Tentu, sudahlah. Sejak hutan–hutan terpanggang, kami semua kenyang makan asap. Kenyang!! Hahahaha."

Lelaki itu terkekeh, aku semakin merisaukan hal yang terjadi akhir–akhir ini. Kubuang tatapanku dari lukisan di hadapanku, jemariku enggan memoleskan warna selanjutnya. Sebab, yang tampak hanyalah warna asap.

***

Words : 100
MondayFF tema LUKISAN.
Judul – #FFRabu : "Lukisan Negeri Asap"
Oleh : Ramita Zurnia
(Twitter : @Mitha_AdelSanto)

Kamis, 15 Oktober 2015

#HorrorisR – Gadis Bergaun Merah

Kudengar cerita dari mulut beberapa warga, sering terjadi hal–hal yang tidak masuk akal di tempat ini. Kejadian demi kejadian berbau mistis selalu saja dipertontonkan oleh makhluk–makhluk tidak kasat mata.

Aku bergidik. Bulu–bulu kudukku langsung meremang sendiri.

"Beberapa kali pedagang nasi goreng keliling diganggu saat melintasi tempat itu," celetuk seorang pengunjung warung kopi tempatku biasa nongkrong dan minum kopi.

"Gilanya, bukan di jam–jam tengah malam lagi, tetapi bakda Isya. Bukankah ini terlalu berani." seorang pak tua di bangku paling ujung ikut menambahi.

"Sebenarnya, tempat macam apa itu, pak?" Aku sungguh tertarik–meski tak bisa kupungkiri bahwa aku juga sangat anti dengan hal seperti ini. Namun rasa penasaranku kali ini membuatku malah menepis perasaan itu.

"Kau belum tahu? Tempat itu, dulunya ditempati oleh satu keluarga yang kaya raya. Kemudian terjadi musibah memilukan, suatu waktu–terjadi perampokan–dan sekeluarga, mereka sekeluarga tewas dibantai,"

"Semuanya? Tidak ada yang tersisa?"

Beliau menggeleng cepat, kuperhatikan lelaki tua beruban itu meneguk kopinya sampai habis, dan berbisik, "Tidak ada satupun yang selamat–tragisnya lagi, anak perempuan tuan kaya raya itu, digilir terlebih dahulu sebelum dihabisi nyawanya."

Bapak–bapak yang lain mengiyakan, aku sedikit merinding saat angin bertiup mengenai tengkukku.

"Arwahnya penasaran, begitulah yang kudengar, dik. Yang sering menampakkan diri dan menggoda para pejalan kaki di depan rumah itu ya sosok anak perempuan tadi." Pemilik warung ikut menambahi.

"Duh, kasihan ya pak, kok saya malah kasihan mendengar nasib buruk yang menimpa gadis itu,"

"Aaah, sudahlah Marta. Mari lanjut ngopi, jangan terlalu dipikirkan, nanti gadis itu malah mencarimu. Hahahaa, ahh, bukannya kamu sudah janji mau menemani saya main catur malam ini," bang Aditra pemilik warung menepuk bahuku, sebenarnya ada hal yang mengganjal di pikiranku, namun saat mencoba mengingatnya dengan jelas, aku malah merasa otakku buntu.

***

Sebenarnya aku sudah mulai lupa dengan cerita–cerita seram yang kudengar. Namun entah mengapa, malam membawaku kembali pada ingatan yang tidak wajar.

Meski tidak pernah kucoba memberanikan diri untuk sekedar menguji nyali dengan masuk atau mendekati bangunan tua yang nyaris roboh itu – anehnya malam ini – aku merasa sangat tidak nyenyak dengan tidurku. Di benakku terus saja terbayang–bayang tempat itu. Tempat yang selalu kulewati setiap hari, entah saat akan berangkat ke kantor atau ke manapun aku pergi. Masalahnya, rumah itu berdiri persis di persimpangan menuju komplek perumahan yang kutempati.

Aku gelisah sekali. Berkali–kali kuhempaskan tubuhku di kasur yang terasa kaku, hawa gerah menyerang meski sebenarnya dingin AC yang kusetel sama persis dengan malam–malam biasanya.

Tiba–tiba, selenting cerita itu terbersit kembali di kepalaku. Tentang gadis yang diperkosa dan dibantai oleh para perampok jahanam itu.

Aaah, aku paham betul bahwa itu bukan urusanku. Sudah pasti takdirlah yang membawa gadis itu ke dalam bencana yang memang sudah digariskan Tuhan untuknya. Takdir yang kejam, sudah pasti – begitulah pikirku.

Dingin AC malahan membuat keringatku tumpah. Memang malam ini terasa sangat aneh. Aku memang tidak akan menggubrisnya, sebab mungkin malam ini udara memang sangat panas, ditambah dengan musim kemarau yang menyembunyikan hujan berbulan–bulan sudah.

Tik tok tik tok
Detak jam di dinding terdengar mendominasi malam. Aah, pukul 01:15. Kupilih untuk segera membuka jendela kamar, membiarkan angin malam menggapai–gapai kulitku, dan menjamah segala keresahanku.

Semua masih terlihat baik–baik saja. Hingga ekor mataku menangkap sosok perempuan dengan jarak beberapa meter dari arahku saat ini. Dia mengenakan gaun pendek selutut, berwarna merah, merah menyala, serupa warna darah – kontras sekali saat kulitnya terlihat bercahaya dipantulkan oleh temaram lampu taman di halaman rumahku.

Perempuan bertubuh mungil – seorang gadis? – dan entah apa yang dilakukannya di tengah malam buta seperti ini. Tetapi tunggu, bukankah rumahku berpagar tinggi hampir mencapai dua meter, lantas dari mana datangnya gadis itu–jika aku sendiri telah mengunci rapat pagar di gerbang depan.

***

Aku masih memperhatikannya, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menapak di tanah. Itulah yang pertama kali ingin kupastikan. Sebab memang sungguh tidak masuk akal apabila yang kudapati adalah dua kakinya mengambang di udara– ditambah suara cekikikan– dan tubuhku dipastikan langsung lemas tak berdaya.

"Hei, sedang apa?"

Hening. Dia tidak langsung menjawab. Memang sudah kuputuskan untuk keluar dan menghampirinya. Toh, ini masih berada di kawasan halaman rumah, jadi pastilah tidak se–horror perasaan cemasku saat mendengar kisah dari pengunjung warung.

"Haii, Nona. Kau sedang apa–bukankah ini sudah terlalu malam bagi seseorang–berada di luar rumah."

"Aku–tidak bisa pulang."

Akhirnya, sedikit rasa lega membuat rasa cemasku lenyap seketika. Gadis ini sudah pasti makhluk yang sama sepertiku, "Loh, ada apa? Nona minggat dari rumah? Kenapa? Apa nggak sebaiknya anda menunggu hingga pagi datang, dan mencoba bicara baik–baik dengan keluarga anda, kurasa mereka pasti akan mengerti, dibandingkan anda harus berada di sini tengah malam begini, dan –"

"Aku tidak bisa pulang,"

Kalimat yang masih sama, lagi gadis itu menjawab dengan jawaban yang sama. Kuperhatikan rambutnya yang sebahu, menutupi hampir separuh dari wajahnya saat dia terus menunduk seperti itu. Aku ingin melakukan sesuatu, namun aku sendiri tidak tahu harus menawarinya untuk masuk ke dalam rumah–atau memintanya pergi dan kembali pada keluarganya.

"Nona–maafkan saya, namun ini sudah terlalu malam. Nona sebaiknya pulang dan kembali, tidak baik bagi seorang perempuan masih berada di luar seperti ini,"

Ooh, naluri membawaku berada tepat di depannya. Berhadapan. Ya, aku berhadapan langsung dengannya. Dia mulai menangis. Kontan, aku jadi panik setengah mati.

"Nona, ohh, tolong jangan menangis seperti ini, saya, saya tidak ingin para tetangga berdatangan dan menghakimi saya nantinya. Ayolah, katakan di mana rumah anda, akan saya bantu mengantar anda kembali pada keluarga anda."

Perempuan itu semakin terisak–isak. Suara tangisannya menyatu bersama deru angin malam. Aku kebingungan, bahkan aku sampai menyumpah–nyumpah di dalam hati.

Tuk tuk, tuk tukkk

Suara kentungan khas petugas keamanan mulai terdengar tak jauh dari rumahku. Pastilah beberapa menit lagi mereka akan melintas di depan rumahku. Ohh, apa yang akan kukatakan jika mereka menangkap basah aku–dan seorang perempuan yang sedang menangis–di pekarangan rumahku sendiri.

Tuuk tukkk, tuukkk tuuukkk

"Aaah, ayolah nona, hentikan tangisanmu. Saya saat ini sangat tidak mengerti dengan kesulitan anda, namun tolong, jangan beri saya kesulitan juga–"

Tuuuk tuuukk tukkk tuukkk

Suara kentungan semakin dekat saja. Dan perempuan ini masih menunduk. Semakin menyimpan mukanya dalam–dalam. Kepanikan membuatku tidak tahu harus berbuat apa. Sedangkan Nona ini, masih saja terisak–isak.

Ohhh Tuhan, satu, dua, tiga. Ketiga petugas keamanan itu melongok ke arah kami. Kupastikan cahaya lampu taman akan sangat memudahkan mereka untuk menangkap tubuh kami dari balik pagar sana.

"Dik Marta– lhooo, apa yang kamu lakukan malam–malam begini?" Salah seorang dari mereka terkaget–kaget mendapatiku duduk di luar rumah seperti ini.

"Iyaa Pak, aku tak bisa tidur–dan anu Pak, jadi begini– sebenarnya,"

"Dik Marta, jangan keseringan berada di luar seperti ini, sendirian lagi, nanti kesambet loh," Sambung petugas satunya.

"Tapi saya tidak sendirian, Pak. Ini, Nona ini sepertinya butuh bantuan–"

"Dik, kamu tidak sedang mengigau bukan?"

"Maksud, Bapak?"

"Yaa itu maksudku, kamu sendirian di luar malam–malam begini, apa ndak sedang mengigau itu namanya. Malah nanti kamu bisa ditaksir hantu atau jin, hahahaa."

Aku semakin tidak mengerti, mendengarmya jelas–jelas membuat perasaanku juga semakin terasa tidak enak. "Sendirian? Eeeh, tapi, Pak."

"Sudah, dik Marta masuk saja. Kami lanjut ngeronda ya Dik."

Tuuk tuuuk, tukkk tuukkk

Suara kentungan itu kembali terdengar. Semakin lama semakin menjauh. Aku berbalik, dan perempuan itu masih duduk di tempatnya. Masih menunduk. Masih membiarkan separuh wajahnya tertutupi oleh rambut.

Anehnya, aku tidak merasa takut. Aku bersyukur, dia sudah tidak menangis lagi. Paling tidak, satu masalah sudah teratasi.

"Nona, heii–jika anda tidak ingin pulang, baiklah, sebaiknya anda masuk bersamaku. Angin malam terasa semakin dingin, anda tidak ingin berada di luar semalaman bukan?"

Aku berdebar. Berdebar menunggunya mengangkat wajah. Poni–poninya tersibak, aaaah, dia tersenyum–namun tatapan dari kedua matanya terlihat kosong. Dia begitu cantik, aku tahu dia sangatlah cantik–meskipun wajahnya terlihat membiru, dan darah segar terus saja menetes–netes dari hidung dan bibirnya yang pecah, berbaur dengan gaunnya yang merah darah.

***

Words : 1303

#HorrorisR – "Gadis Bergaun Merah"
Ohh, Menjawab tantangan di genre #FiksiHorror rasanya memang masih sulit. Gilanya, ini fiksi terpanjang yang kuselesaikan dengan peluh bercucuran. Gas pollllll, serem atau tidak, tetep bersemangat deh. =D
Oleh : Ramita Zurnia
Twitterku : @Mitha_AdelSanto

Rabu, 14 Oktober 2015

#Mita'sDiary - *Hidup Ada Untuk Disyukuri*

Wahai saudaraku,
Betapa banyak kita mengeluh, dan berkata tak punya apa-apa.

Padahal bumi, langit, dan bintang-bintang terhampar di angkasa adalah milik kita.
Lihatlah di sekitar, bukankah kita dikelilingi oleh anugerah yang melimpah?
Bunga-bunga bermekaran, burung-burung berkicauan riang, dan tetesan airpun mengalun ketika ia mengalir ke lembah.

Dunia ceria pada kita sahabat, lantas kenapa kita cemberut?
Dunia dan isinya tersenyum pada kita, lantas kenapa kita manyun?

Sadarilah kawan, terlalu banyak penderitaan, tak sedikit cobaan, dan silih berganti ujian datang. Umpama langit selalu berduka dan mendung, maka kita pasti masih bisa tersenyum.
Cukuplah duka cita menghitam di langit sana.

Mungkin kita lelah mengeluh, tak ingin lagi meratapi diri,
tetapi dalam keputus-asaan itu, kita semakin dileburkan dalam duka.

air mata,
air mata,
air mata,

berkali-kali dia mengaliri pipi kita,
mungkin apabila air mata itu habis dan mengering,
apakah darah yang harus menggantikannya?
Tidak ada apapun yang kita dapati kawan.
Jiwa ini semakin kerdil, semakin lusuh.

JIKA engkau TIDAK DAPAT MELAKUKAN SESUATU HAL, MAKA TINGGALKANLAH.
Dan LAKUKANLAH APAyang BISA engkau LAKUKAN.

InsyaALLAH itu bisa membuat kita lebih baik.

Kalau saja kita bersyukur dengan apa yang ada.
Andai saja kita puas dengan apa yang kita terima,
Saya yakin, sahabat!!
Kita PASTI menjadi orang dengan HATI yang MERDEKA.

"Walau hidup kadang tak ADIL,
Tapi CINTA lengkapi kita,
Menarilah dan terus TERTAWA, Walau dunia tak seindah syurga,
BERSYUKURLAH pada yang KUASA,
CINTA KITA DI DUNIA,,
SELAMANYA.
*s0ng by: Nidji*"

***

Postingan Ulang dari Note Fesbukku
Oleh : Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - *IBU, Kutemui Cinta dalam Setiap Hela Napasmu*

Ibu,
Ibu,
Ibu,
wanita paling tangguh, paling tangguh, dan paling tangguh di duniaku,
dunia anak-anakmu.

Betapa tidak,
tak penat engkau belai kami dengan kasih sayangmu,
engkau lindungi aku dengan cintamu,
dan nyaman itu kurasa setiap kali memelukmu, Bu.

Air matamu, tak jarang tergenang dan mengalir karenaku.
Aku dipengaruhi gejolak darah mudaku, kuyakini apa yang kuanggap benar bu,
dan aku telah melukaimu dengan kekeras-kepalaanku.
Betapa aku durjana!
Melukai hati tulusmu, Bu!
Engkau yang menenangkanku dari murka Ayah,
Engkau yang menasihatiku ketikaku kesal pada Ayah,
dan engkau pula yang memarahi aku ketika aku berontak dengan  segala egoku.

Ibu,
ibu,
ibu,

22 tahun aku bernapas dengan paru-paruku sendiri
padahal sebelumnya selama 9 bulan lebih aku menumpang di rahimmu,
memintaoksigen yang engkau hirup,
merebut saripati makanan yang engkau telan, dan semuanya, semuanya untukku.
Ah, betapa aku serakah, Bu

22 tahun usiaku,
tak ada satupun hal berguna yang kupersembahkan padamu, Bu.
Kenapa aku tak mampu?
Dan aku merasa berdosa tiap kali kupandangi raut-raut lelah dari wajahmu,
ingin kuusap peluhmu itu, Bu.
Dan Kuciumi kedua tanganmu nan dulu membimbingku ketika aku balita.

Ibu,
ibu,
ibu,

tak kan pernah habisnya aku memuji kemuliaanmu.
Tidak akan pernah terputus ikatan cinta kita, Bu.
Sampai raga ini tak bernyawa, bahkan di akhirat kelakpun, aku tetaplah anakmu.

Selalu aku tanamkan di hatiku bu, apapun yang terjadi,
seburuk apapun nasib di badan seorang Ramita, aku akan kuat bu.
Aku akan tegar.

Aku ingin sepertimu, berjuang terus meski terkadang badai datang di rumah kita.
Ibu,
Engkau ajari aku ikhlas,
dan insyaALLAH aku ikhlas.
Allah swt Maha Mengetahui Bu,
Dia Maha Tahu apa yang tersimpan di hatiku.

Intiplah bu, di hatiku penuh dengan jutaan bunga-bunga cinta yang tak'kan pernah layu,
ertanda besarnya cintaku padaMu, ibuku.

♥ I will always l0ving U, Mom. ♥

***

Tulisan ini kuposting saat usiaku menginjak angka ke-22 tahun
sedih rasanya saat kembali kubaca dan mengingat betapa besar kasih dan cinta ibu.
Oleh karena rasa cinta itu, kuposting ulang tulisan ini kembali.
Selamanya, aku akan mencintaimu, Bu,

Oleh : Ramita Zurnia

Selasa, 13 Oktober 2015

#Mita'sDiary - Aku Percaya, Hati Tak Akan Berbohong

Wahai ALLAH,
Hatiku,
Hatiku adalah hati
terlalu rapuh dengan tingkat kesensitifan yang luar biasa.

Hati anyg sering terluka,
selalu dilukai,
dan ini bukanlah semata karena cinta.

Ini karena hidup,
hiduplah yang mengajari aku bahwa tidak ada lagi yang harus kupercayai.

Sulit sekali yaa Rabb,
sukar bagiku memercayakan hati ini pada orang lain.
Semata karena aku cemas, aku cemas akan terhimpit oleh dusta-dusta dunia.

Yaa Rabb,
Sejauh ini aku berjalan,
hidup adalah caraku menemukan cinta-Mu.
Walaupun aku sulit mempercayai hati yang lain,
tetapi aku percaya pada HATIKU,

Duhai ALLAH,
jagalah aku di antara orang-orang yang kusayangi.
Ijinkan aku terus belajar menerka kebohongankah atau sebuah kejujuran.

Dan aku percaya,
hati tidak akan membohongiku.

Aku akan terus melewati dunia,
berjalan dengan kepercayaanku pada orang-orang yang memoles kebohongan dalam kemasan bermerk kejujuran.

Ah, RABB...
Sejahat itukah hati-hati yang lain?
Sedurjana itukah hati-hati yang buta?

Dan aku hanya percaya pada kata hatiku,

Tuntun aku, Ya Rabb
Tuntun aku agar tak (lagi) memercayakan hatiku pada hati ang salah.

Allohumma amiin.

***

Postingan Ulang dari Noteku di Fesbuk
oleh : Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ~*. Dalam Kesendirianku di Penghujung Senja .*~

~04052011~

Semilir angin senja menerpa wajahku yang terpaku.
Nanar, kupandangi langit kosong yang semburatkan awan gulita.
Hamparan kabutpun mulai turun dan selimuti hatiku,

senyap,
tanpa suara,
tanpa keluhan.

Aku kembali menyibak tabir di ujung senja ini,
dalam kesendirianku yang kesekian kalinya,
kubiarkan pikiranku memecah segala beban,
kubiarkan bibir ini tetap terbungkam,
akan tetapi mata hatiku bisa melihat apapun dengan jelas.

Tetapi kenapa lagi, lagi, lagi, dan lagi?
Kosong, kawan!
Mendung itu luruh membawa hujan badai turun ke hatiku.
Sesak,
sesak,
sesak.

Hentikan!!!
Ini tak lagi renungan, aku diperbudak asaku yang patah.
Jangan!!
Aku tak boleh melamun dan marah

Aku sendirian,
dengan sedikit sendu kubiarkan mataku berkaca-kaca.
Tapi jangan, air mata ini bukanlah jawaban.
Untuk apa lagi kutangisi kekejaman dunia dan orang-orang?

Kali ini
Sisi kerapuhanku tidak boleh mendominasi.
Jangan!!
Terlampau sering aku menangis.
Terlampau sering aku mengeluh.

BERSYUKURLAH,
TERSENYUMLAH,
IKHLASKAN HATIMU,
BIARKAN BEBAN-BEBAN ITU MENGUAP.

Astaghfirullahal'adziim.

Kenapa aku tiba-tiba begini?
Oh Rabb, jangan biarkan aku terus bertanya.
Jangan biarkan aku terus menanyakan kenapa kesedihan tak pernah mau lepas dari hidupku?

Aku selalu yakinkan diri,
. . .
akan kulatih hatiku ini siap menerima apa saja.

InsyaALLAH.
InsyaALLAH.

HASBUNALLAH WA NI'MAL WAKIIL..

***

Postingan Ulang dari Note Fesbukku
oleh : Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ¤ RINDU Seorang Bocah Peminta-minta ¤

Wajah lusuh bermandikan keringat,
memelas di tiap tengadah tangan,
berharap recehan menggelinding di telapaknya.

Ia berjalan dan terus berjalan,
mengulur tangan pada setiap orang,
dan akupun tahu tak banyak yang dia harapkan.

Tubuhnya nan lusuh berbalut kain kumuh,
ia yang berjalanpun terus berjalan.
Tak lelah ia,
tak letih merindukan uluran tangan memohon iba dan kasihan.

Hujanpun lepas pada musimnya,
ia menggigil menunggu dan menunggu.

Oh ayah dan bunda,
jiwa meronta di persimpangan jalan-Nya,
andai saja ayah,
ahh andai saja bu..

Jiwa ini merintih di tengah kekejaman,
mengerang di antara kebisingan dunia,
apalah daya,
Terbiasa sendiri melawan dunia.

***

Postingan Ulang Note Fesbukku 

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ~* TERPES0NA NYANYIAN MALAM *~

Kriik, Kriik, Kriik.

Jangkrik berdendang di malam minggu.
Mendamaikan hati yang lelah dalam resah.

Di tengah gulita,
kupandangi kunang-kunang yang terbang penuh pendar cahaya kecilnya.
Indah nian...

Angin malam menyapu kulitku, membuaikan angan agar terus menguntai harapan.
Lihatlah di langit, kutemukan keceriaan dunia.
Aku terpesona.

Bulan sabit,
aiihh, indah nian kawan!
Ia tersenyum dengan keremangannya.
Ia terus tersenyum,
Dan akupun terpesona.

Apa itu yang berpendar indah?
Ialah bintang.
Ya, itu bintang.
Pijar kecilnya membuatku terpedaya.
Indah.
Elok sungguh.

Aku di sini menatap malam, tanpa kekasih, tanpa teman yang nyata.
Tapi aku tenang disini, di bawah langit malam,
puas memandang bintang, dan balas menyenyumi bulan sabitku.
Aku terpesona.

Cobalah temui kesejukan ini kawan,
kendaraan yang berseliweran di jalan tiada mengusikku.
Tidak ada rasa iri, malam mingguku tiada kelabu, engkau salah wahai kawan!
Ketenangan itu ada dari hatimu, dan dapati itu.
Dapati itu dengan caramu.

Lihatlah temanku si bintang dan si bulan sabit,
mendamaikan hatiku,
memberiku penawar, penawar dan penawar.

Ahh,
Aku terpesona,
Aku terpesona,
sungguh indah karunia-Mu wahai ALLAH,

***

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - * Assalamualaikum CINTA *

. . .
Assalamualaikum cinta,
Apa kabarmu di malam ini?

Assalamualaikum Hati...
Adakah engkau tenang kali ini?

Cinta dan hati,
Cinta membuat berjuta warna mengisi hatiku.
Terkadang cerah merona keceriaan,
tak jarang pula keruh dan hitam oleh kegelapan.

Assalamualaikum cinta,
Assalamualaikum hati.

Kutitipkan berjuta pengharapan dengan cinta ini.
Kupertahankan cinta demi membuka mata hati.
Cinta berpendar dalam hatiku,
Hatiku benderang dengan cintamu.

Ahh, cinta,
duuuh, hati.

Tak gampang bagiku melepaskan diri.
Cinta membuat aku kuat,
juga membuat hatiku lemah.

Apa yang harus aku katakan lagi?
Bukankah cinta adalah pengungkapan atas syukurku karena Sang Maha Kuasa telah memberiku kepercayaan dengan cinta ini?

Hatiku,
cintaku,

teruslah mengalir dan kasihi orang-orang di sekelilingku.

Karena kuakui,
tanpa cinta,
mungkin tak ada arti lagi hidup di dunia ini.
Hidup ini,
dalam hematku akan damai jika kita saling mengasihi, saling menghargai, dan menjalani hidup dengan keikhlasan mencintai.

InsyaALLAH.

♥ Assalamualaikum cinta ♥

***

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - * Impian Muslimah *

Muslimah,
terpekur engkau,
menundukkan kepalamu dalam, dalam, dan semakin dalam.
Kuintip pelan,
dan bahumu kulihat terguncang..

Ada apa gerangan wahai Muslimah?

Jari-jarimu terbuka di depan dada,
telapak tangan teracung sehingga dada, keduanya!
Aku bisa mendengar bisikan-bisikan lirih doa yang engkau panjangkan

Aku merinding,
Terjebak keharuan...

Duh Muslimah,
pipimu basah dengan air mata.
Tanganmu terus teracung,
lisanmu tak henti memohon,
tak lelah meminta,

aku mendengarnya,
seruanmu,
doa
doa
dan doa

"wahai ALLAH,
Engkaulah satu- satunya penguasa hati setiap manusia.
Engkaulah penggerak hati ini agar tidaklah buta.
Engkaulah Maha Pemberi segala Cinta,
Engkaulah tempat aku mengadu, berkeluh kesah, dan memohon."

Aku terdiam,
ahh Muslimah,
gadis pendiam dalam ketertutupan impian.

"Duhai ALLAH penguasa langit dan jagad raya.
Berilah aku sedikit tempat untuk merangkai impian, impian, dan impian.
Bertahan dengan harapan.

o0o, Muslimah...
Air matamu kian ruah  tumpah.
Kenapa tak engkau coba hapus??

"Ohh Rabb,
aku percaya pada Engkau.
Aku percaya, bukankah sesuatu itu akan INDAH pada WAKTUNYA?
Aku menunggu, Kaktus berduri itu akan berbunga...
Aku menanti, kepompong dari ulat yang buruk itu menjelma kupu-kupu."

Ahh, itukah impian?
Itukah harapan?

"yaa ALLAH,
Terangilah jiwa yang gulita, isilah hati yang mengalami kekosongan,
kuatkan kalbu yang melemah,
percayakan hati yang meragu,
jauhkan raga dari celaka, jauhkan raga dari aib yang menyengsarakan.
Aku percaya, Engkau Maha Adil dan Bijaksana.

Aku tahu,
aku percaya,
ALLAH SWT mendengar doa dan harapanmu, Muslimah

Bersabarlah Muslimah,
ikhlaslah dalam penantian doamu,

harapan membuatmu kuat,
impian membuatmu tegar.

ISTIQOMAHLAH, wahai Muslimah...
♥ ♥ ♥

***

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ¤ ALLAH, Aku Menaruh Hatiku di Telapak Tangan-Mu ¤

Yaa Rabb,
Aku menaruh hatiku di telapak tangan-Mu.
Aku ingin hatiku tidak tercemari dosa.
Karena aku ketahui, seluruh bagian yang pada anggota tubuhku adalah godaan.
Pemaksa ke arah dosa.

Wahai ALLAH yang Maha Bijaksana,
Telah kubiarkan mataku buta oleh dunia,
Kubiarkan dunia bertahta di genggaman jiwaku.
Astaghfirullahal'adziim.
Aku bertingkah angkuh dalam sisi manusiaku.

Tidak pantas,
aku sungguh tidak pantas.
Aku sombong,
berkata dunia tak buatku takut.
Aku angkuh,
berujar tak pernah menginginkan bantuan siapapun

Ah, DASAR PAYAH..

Tak tahu DIRI..

Tak mau berSYUKUR..

KUFUR ni'mat..

Astaghfirullahal'adziim.

Hidup itu perjalanan.
yang kuat menjajah,
yang lemah ditindas.

Dijajah? Tertindas?
Apanya???

Dijajah tak hanya secara biasa, tetapi dengat sangat luar biasa.
Dijajah dan ditindas secara moralitas.

Dan jadinya?
Apa jadinya?

Kehancuran semenjak dini.
Keterpurukan di awal perjalanan.
Dan rasa sakit itu (kurasa) telah berkarat..
K.A.S.I.H.A.N

Kami tidak butuh dikasihani..!!!

Karenanya Yaa ALLAH,
AKU menaruh hatiku di telapak Tangan-MU.
Aku ingin hatiku tidak tercemari noda.
dosa-dosa

Cukup sudah segala ketidakberdayaan di tengah dunia ini.

Tidak kupinta petaka datang,
tidak kuharap musibah mengguncang,

NAMUN yaa Rabb,
aku belajar,
terus belajar,
Menjadi SABAR meski aku terbuang,
menjadi IKHLAS meski sulit kurelakan,
menjadi KUAT meski aku terlalu lemah,
mencoba menerima, meski hidupku terhimpit beban.
Menjadi tangguh meski jiwaku rapuh,

ALLAH,
U're SAVE in My Heart
♥ ♥ ♥

Aku menaruh hatiku di telapak tangan-Mu,
Berharap Engkau lindungi dari dosa- dosa yang mencemari.

Kembali,
Kutaruh hatiku,
di telapak Tangan-Mu...



***

Ramita Zurnia

Postingan Ulang dari Note Fesbukku

#Mita'sDiary - ..Kuawali Kisah dari SebentUk CINTA KASIH..

♥ CINTA,

Kuawali kisah dari sebentuk cinta kasih,
pada seorang Adam.

Biasa,
apa adanya,
itulah engkau..

Pancaran Cahaya CINTA,
terus terpampang di kedua sinar matamu.
Tajam,
sepasang mata yang membuatku sulit bernapas merindumu.

Astaghfirullahal'adziim,
yaa ALLAH ampuni aku..

Bait per bait cinta merekah dari setiap bunga-bunga di hatiku.
Terbungkus ketulusan nan utuh,
yang tiada pernah kuhadiahkan pada adam-adam yang lain.
Itulah ketulusan,
dan aku memilihmu.

Di setiap ujung shalatku,
kupintakan doa- doa khusus untukmu,
untuk jiwa yang kucinta,
untukmu hati yang kukasihi,
dan hanya untukmu Adam yang kudamba.

Hhhhhh.,

CINTA,
ini terjadi karena kuawali kisah dari sebentuk cinta kasihku,
padamu adam yang kudamba,
tapi engkau menyakitiku.

Yaa ALLAH,

Apakah aku buta?
Ataukah aku dibutakan?
Ini terjadi karena CINTA,
karena segelintir rasa yang meresahkanku,

ampuni aku, yaaa Rabb...

CINTA,
ini terjadi karena kuawali kisah dari sebentuk cinta kasih,
padamu Adam yang kudamba,
tapi engkau tak sengaja melukaiku.

Sakit,
perih,
tercabik-cabik...
Dan itu tidak membuatku lantas pamit dan mengucapkan salam.
Tapi aku masih bertahan,
dengan semua hal utkmu,
dengan segala CINTA,
Segala rasa yang terlanjur memilihmu.

Ampuni aku yaa ALLAH,
Cinta itu membuatku meradang,
tapi dengan cinta itu aku akan mengepakkan sayap,
terbang,
hingga tak ada oksigen kujumpai di angkasa yang melayang..

CINTA,
CINTA,
CINTA,

Engkaulah yang kudamba,
adamku tercinta,
adamku dengan segala tampilan apa adanya.

Aku menerimamu,
ketika dunia malah menolakmu.

Dengan mencintaimu,
kutemukan ketulusan melewati hidup,
bagaimana seorang kamu mencintai aku dengan kegigihan, dalam keotoriteran, dan rasa cemburumu yang luar biasa.

Ahh, aku tahu adamku,
engkau sangat takut kehilangan ketulusan itu.

Ampuni aku yaa Rabb,
bertahan demi tujuan yang kuyakini baik.
padahal, memang (tidak) baik

Dan ini karena CINTA,
karena Ketulusan dari sepasang hati yang mencari kebahagiaan.

Cinta,
aku ingin cinta ini menyatu daalm kehalalan, ♥
segera.

InsyaALLAH.
ALLAHUMMA AMiin.

***

Ramita Zurnia

Postingan Ulang dari Note Fesbukku

#Mita'sDiary - ..Siaga Satu Wahai Muslimah..

Hawa nafsu,
hasrat binatang!!
Jalang karena cumbu rayu dunia.

Wahai muslimah, saudariku tersayang...
Cumbu rayu dunia, melenakan hati nan goyah,
membuat hati-hati patah terbuai angan,
terjebak lamunan syetan!!!

Kita gampang terpuruk,
hati yang lemah lantas tersakiti.
Siaga satu wahai saudariku.

Kesedihan membuat jiwa terpuruk jadi terlepas bebas dan labil,
mengutuki nasib yang terus dirundung malang,
dan kekecewaanmu itu bukankah didominasi oleh tekanan rasa sakit, patah hati, dan batin yang menangis oleh cinta?

Siaga satu wahai muslimah,
siaga satu duhai saudariku.

Kekecewaan,
kesakitan,
kesedihan, kegalauan,
keresahan,
bla
bla
bla
dari celah celah itulah saudariku,
syetan bertandang,
syetan datang tanpa mengucapkan salam,
syetan datang memorak-porandakan iman kita, iman yang sering terguncang, selalu tak tetap,

dan,
dan,
dan,
dan akankah kita biarkan syetan-syetan laknat itu bersorak?
Bertepuk tangan,
bersuit tatkala seonggok raga tak berdaya,
yang mulai mengutuki dirinya hanya karena merasa tidak beruntung.

Astaghfirullahal'adziim.

Kesedihan,
keterpurukan,
senyata-nyatanya membinasakan iman yang mulai terkoyak.

Sungguh ironis duhai muslimah,
kita hidup dengan ketragisan,
dibayang-bayangi oleh kecemasan.
Dikuntit bisikan-bisikan yang terdengar nyata,

Laa haula wala quwwata illa billah.

Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan ijin ALLAH swt.

Siaga satu saudariku,
jangan kita lemparkan diri,
jangan lagi kita hempaskan hati ini,

wanita itu lemah, memang lemah.
Tetapi tiada yang tahu,
kita kuat,
kita tegar,
kita tangguh,
semua berawal dari tudingan kelemahan itu.

Duhai Saudariku,
jangan lagi menerjuni jurang dalam,
kenapa?
Karena aku tahu!!
Aku tahu kita hanya akan terpental pada cadas-cadas tajam.

Dunia,
dan kekejamannya,
menelan ketakutanku,
menelan kecemasanku,

siaga  satu wahai muslimah!!

Cumbu rayu dunia,
melenakan hati nan goyah.

Cumbu rayu dunia,
nikmat dipandang laknat didapat,

semua terlihat baik-baik saja,
padahal TIDAK.

Naudzubillah

***

Ramita Zurnia

(postingan ulang dari note fesbukku)

#Mita'sDiary - "*" Nyanyian CINTA di Petang Hari "*"

Petang yang cerah,

siulan burung-burung  kecil menyapaku dari balik ranting dan dedaunan.
Melantunkan irama cinta yang tenang.
Damai karena tiada lagi keluhan.

Nun jauh di ufuk barat, matahari bergegas menuju peraduan,
di balik bukit nan rimbun,
di tempat paling nyaman dan teduh,
tanpa ada yang mengusik.

Lihatlah,
setiap kali kupandang langit yang mulai membias kejinggaan,
terpantul keindahan petang hari,
memukau hati yang tengah mengucap syukur.

Subhanallah walhamdulillah.

Indah rupawan lukisan petang, berbingkai tonggak-tonggak kokoh pepohonan
yang menopang langit jingga,
alam seakan turut bercengkrama,

indah nian kuasa ILLAHI.
Seakan tak ada yang bisa menandingi.

Duhai hati yang merekah,
terlanjur sudah engkau tebarkan aroma lezatnya cinta.
Seakan tak ingin sekedar mencicipi,
kureguk puas ketenangan di dalamnya.
Sampai aku terpukau, tapi aku tak ingin hanyut, dan inilah cinta.
Cinta yang patut kusyukuri.

Subhanallah walhamdulillah.

Wahai Allah,
hati bernyanyi setiap kali menampak kekaguman pada ciptaanMU.
Dair segala penjuru, yang kudapati tak lebih adalah kesempurnaan,
dan takjub aku dengan segala jenis keindahan yang Engkau gambarkan.

Lihatlah,
rasakanlah,

indah dunia kurasa sangatlah sempurna,
hati dan jiwa terbang dalam kata dan pujian yang tak terucapkan.

Subhanallah,
terima kasih ya Rabb. . .

Ketika seluruh indra manusiaku terpukau,
ketika itu satu dua tiga ada yang menyadari.
Kegembiraan terpancar di petang hari,
senyuman merekah ketika hati bersorak dalam ketenangan.

Ah, indah nian. . .

Petangku semakin tenang,
petangku semakin terasa memabukkan.

Dan semua rasa syukurku,
terbayarkan ketika adzan maghrib memecah kesunyian.

Allohu akbar.
Allah Maha Besar.

Engkaulah, penentu setiap kondisi hati ini.
Terang redupnya kalbu,

petang ini,
aku bersyukur.
Hati tenang dalam keceriaan.
Tak ada satu hatipun yang mengusik.

***

Ramita Zurnia

Postingan ulang note fesbuk-ku.

Senin, 12 Oktober 2015

#Mita'sDiary - ~"*" Kesakitanku, Ketika Cinta Belumlah Halal "*"~

Mengapa aku gundah?

Karena aku memendam kekecewaanku.
Terlanjur aku percayakan cintaku pada kesombonganmu.

Mengapa aku muram dengan kerutan di dahi yang kusut?

Ini berlaku karena aku mulai kesakitan menahan diri, mengendalikan agar rasa sabarku tiada pernah terhenti, untUkmu, dan hanya kepadamu.

Mengapa engkau datang dengan wajah tanpa paham?
Padahal engkau seharusnya tahu aku kecewa dengan tingkahmu!!

Gemetar aku menahan amarah yang menyeruak dari balik rasa sakitku,
melihat wajahmu terbingkai senyuman tidak paham.
Engkau amnesiakah sayang?

Mengapa harus begini?
Aku tak ingin menyesali diri dengan mencintaimu.
Aku hanya ingin mencintaimu dalam Ridho ALLAH,

tidakkah engkau pahami inginku?

Aku menginginkan cinta membawa kita ke SYURGA,
aku ketakutan dan dikuntit kecemasan ketika menyaksikan kesalahan itU,

AKU TIDAK BISA.
Cinta, JANGAN BAWA AKU KE NERAKA.
TOLONGLAH,

AKU KESAKITAN,

KESAKITANKU,
KETIKA CINTA BELUMLAH HALAL.

Andai saja aku diijinkan memohon wahai ALLAH,
Aku menginginkan bisa terbebas dari kesakitanku.

Jika saja aku boleh meminta, duhai ALLAH.
Aku ingin rasa sakitku berkurang,
bahkan segera musnah.

Entahlah,
apa yang harus aku perbuat?
Sebagai wanitamu aku hanya menunggu,

menanti,
menunggu,
dan menanti.

Lantas apalagi yang bisa aku perbuat?

"memang, terkadang apa yang kita percayai, dan apa yang kita yakini baik untuk diri, untuk hidup kita, belum tentU baik pula di mata ALLAH SWT."

yaa Rabbi,
seandainya masih bisa ENGKAU kabulkan,

Kum0h0n,
"TuntUnlah hati yang mulai gelisah,
bimbinglah jiwa yang mulai meronta,
cinta ada untuk ketenangan,
dan aku tak berharap cinta itu meresahkanku.
Jika waktuku belum habis, aku ingin Engkau labuhkan kebahagiaan itu untukku,
jika waktUku belum usai,
aku ingin Engkau satUkan cinta ini dalam kedamaian."
amiin yaa ALLAH,
Amiin yaa rabbal 'alamiin.

Allah swt yang punya ketetapan atas setiap hati yang Dia inginkan.
Karena Dialah Sang Maha Berkehendak.

***

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ~*> MENGURAI TANYA HATI 3 <*~

Ada apa dengan duniaku??

Segala sesuatunya terjadi tanpa sekehendakku.
Dan hatikupun terikat pada hatimu.

Apakah ini wajar?
Apakah ini lumrah?

Aku belum mendapatkan jawabnya, kawan!
Aku hanya mencoba mengurai TANYA HATI, bersabarlah!

Cinta,
"aku Mencintaimu" begitulah bunyi pernyataanmu kepadaku.

"Lantas, apa? Bagaimana ini bisa?" wajarkah aku gugup kala mendengarnya?
Pengungkapan yang tidak aku sangka, tidak aku duga.

"yaa, aku mencintaimu karena kekagumanku!"

haa, oh yaaa!! Begitukah?

well, seorang adam jatuh cinta, dan mengaku mencintaiku karena kagum.
Apa yang engkau kagumi dari seorang aku wahai adam? Rupaku biasa saja, ragaku tidak pula menarik, bahkan aku bukanlah siapa-siapa?

Hmm,
lumrahkah cinta itu?
Wajarkah cinta itu?

Benar-benar tak bisa kuanggap wajar, saat itu.

Wah,wah,wah,
aku hanyalah gadis berwajah sendu, wahai adam!
Tidak ada yang patut engkau kagumi.
Jangan mainkan lisanmu agar aku bersimpati.
Berbagai jenis karakter adam yg dahulu pernah kukenali, dan semua sama.
Pintar bermain-main dengan lisan mereka!!

PERAYU ulung!
PEMBUAL..!!
Ckckckck.

"Sungguh, aku mencintaimu karena kekagumanku. Engkau penyabar, engkau ramah, engkau cantik di mataku,
engkau tak pernah cacat di mataku."

ooo, maaf,maaf, aku harus terbahak karenamu, adam! tawa ini tak bisa kuredam.

"lantas, jika engkau mencintai aku,jika nanti kesabaranku habis, keramahanku berubah jadi kekasaran, kecantikanku memudar karena usia, kebaikanku pupus oleh masa, ketangguhanku berubah jadi rapuh, kemandirianku jatuh dan bergantung padamu,
atau senyuman ini redup oleh duka,

APAKAH ENGKAU MASIH tetap mencintaiku duhai Adam??"

itulah tanyaku, dan itulah yang aku ingin engkau jawab.

Mari, silahkan..

Sungguh wahai adam,
AKU tak ingin engkau mencintaiku karena kekagumanmu.

AKU HANYA INGINKAN engkau MENCINTAIKU karena ALLAH swt,

jika engkau mampu mencintaiku karena-NYA,
TANPA melebihi cintamu kepada-NYA maka insyaALLAH aku bahagia.

Hanya cinta kepada ALLAH Yg kekal abadi.

Maaf,
aku hanya MENGURAI TANYA HATI ♥

***

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - Wahai MUSLIMAH, Kutahu Engkau Tangguh !!!

Assalamualaikum wahai muslimah,

Atas nama hidup,
yang dibenci bukanlah yang engkau takuti,
yang engkau cintai bukanlah yang engkau hasratkan.
Aku bisa merabanya,
banyak dari ketakutan-ketakutan itu yang tidak nyata

Atas nama hidup,
mengapa engkau harus berduka?
apalagi yang engkau takutkan?
lalu mengapa engkau harus bersedih karena sesuatu yang tiada berguna?

Dengarlah duhai muslimah,
jika engkau tak dapat melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah.
Dan lakukan apa yang bisa kamu lakukan.

Wahai muslimah,
kutahu engkau TANGGUH.

Tak guna kau basahi pipimu dengan air mata,
tak perlu kau tangisi lagi semua duka.
Buanglah gundahmu,
lepaskanlah semuanya,
ALLAH swt bersamamu..
ALLAH swt selalu menjaga kita.

Wahai muslimah, aku tahu engkau TANGGUH.

Sayup, aku bisa mendengarnya,
seuntai kata terucap dari bibirmu,

"telah kuturuti semua yang dunia paksakan terhadapku,
aku ikuti segala apa yang dia inginkan,
kutaati semua hal yang jadi peraturannya, tapi dia memperbudakku.
bahkan akupun tak pernah memerdekakan diriku demi keinginan dunia.

Setangguh apakah aku, saudariku?
Tidak ada yang bisa kupertahankan dalam ketegaran ini.
Allah swt memang tak pernah meninggalkan aku.
Bahkan ALLAH swt senantiasa menjagaku dalam setiap derita ini.
Terus terang saudariku,apabila hidup ini berakhir maka aku ingin terbang bebas ke angkasa,
aku ingin menghirup aroma kebebasan sebelum bertemu dengan yang Maha Pemberi Cinta".

Subhanallah.
Subhanallah.
Subhanallah.

Benar apa kataku, muslimah.
Benar apa yang kupikirkan.
Engkau memang tangguh muslimah.
Engkau memang tangguh.
Yakinlah, ALLAH swt sangat menyayangimu.
Karenanya Dia menghadiahimu dengan ketangguhan itu.

Apapun itu,
AKU Tahu engkau mampu melewatinya.

Aku percaya.
Aku percaya padamu.

Jangan lagi tangisi muslimah.
Jangan lagi ada yang engkau tangisi.

Atas nama hidup, yang engkau benci bukanlah apa yang engkau takuti.

Subhanallah walhamdulillah laailahailallah.

Keep fight,
Keep sabar,
keep tawakal,

ALLAH swt tidak akan membiarkan kita hambaNYA berada dalam kesia-siaan.
Alhamdulillah

Allohumma amiin.

*** 

aku baru sadar
di masa lalu
diriku begitu tegar
akankah
aku harus cengeng beruraikan air mata
sekarang

***

Ramita Zurnia
twitter ; @Mitha_Adelsanto

#Mita'sDiary - ~* Kabar dari Seorang Sahabat, CINTA BUTA Menutupi Kebenaran *~

Apa yang tengah merasuki engkau,
Yang membuat seluruh pembuluh di dalam tubuhmu luruh dan luluh.

Kaupun menjawab,
"aku dirasuki virus CINTA.
Aku dirasuki CINTA gila."

apa yang tengah engkau risaukan, sahabatku?
Cinta adalah anugerah yang harus disyukuri.
Jangan engkau laknat cinta yang tumbuh bersemi di taman hatimu.
Tidakkah engkau bisa mensyukurinya?

Dan lagi engkau berkata,
"tak bisakan engkau menerka? Tolong lihatlah aku, yang dalam keterbatasanku,
yang dengan kepolosan aku mencintai sosok yang aku percayai sepenuh hati. Aku biarkan cinta merasuki nyawaku, aku beri peluang untuk cinta membutakan mata hatiku,
lalu apa? Tahukah engkau apa yang aku rasakan setelahnya?"

MasyaALLAH.
Separah itukah cinta membuatmu luka, sahabatku?

Ingatlah,
CINTA itu bisa menjadi energi, tetapi CINTA juga bisa menjadi RACUN.
Berhati-hatilah,
waspadailah saudariku.

Lantas apa yang engkau rasakan, desakku lagi.

"Kecemasan.
Kemuakan.
Penyesalan."

Yaa Rabb, aku biarkan cintaku kepada dia mengalahkan cintaku kepada-MU, dan setelah aku dibutakan, setelah mata hatiku ditutupi cinta buta, aku hanya bisa menikmati kesakitan ini.
Karena Cinta hampir saja menutupi kebenaran.
Dan ENGKAU menegurku duhai Rabb pencipta rasa cinta.
Engkau membuka ketertutupan hatiku yang buta.
Sekarang Engkau BUKAKAN tirai-tirai di kalbuku yang melemah, agar sinar KEBENARAN yang nyata menerangi jiwaku."

Luahkan lagi saudariku, aku ingin mata hatimu kian terbuka lebar.
Jika engkau selama ini tertidur dengan mimpi-mimpi indah, maka aku ingin hari ini engkau membuka mata, bahwa mimpi-mimpimu itu ternyata menjebakmu kian dalam pada kebutaan.

Sebagai saudarimu,
aku bersyukur.
Cinta butamu telah mampu melihat dengan benar.
Mata hatimu yang dibutakan,
akhirnya telah mampu melihat kembali.

Umpama engkau tengah berjalan,
jangan terus memuja langit.
Tetapi bersyukurlah, meski di tanah bumi ini penuh bebatuan, tetapi jika engkau syukuri, bebatuan itu tak akan melukai tapak kakimu.

Subhanallah walhamdulillah
Cintailah dia tanpa melebihi rasa cintamu kepada ALLAH

***

Posting ulang dari note fesbukku.
 oleh : Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - * Hanya Sepasang Sayap yang Rapuh *

???
Pertanyaan,
lagi lagi pertanyaan.
Kenapa benakku dipenuhi pertanyaan yang subur sekali?

"hidup memang tak ADIL.."

seringkali kudengar umpatan seperti itu, bahkan tidak hanya dari bibir yang putus asa.

MENGAPA??

Sejenak,
keheningan mengapungkan aku dalam kesendirian.
Aku seolah terpenjara di ruang hampa.

Mengapa??

Hidup dengan unsur:
Tragedi, peristiwa pahit, dan penderitaan.

Allah swt terus menguji iman kita.
Terus,sampai bumi ini lebur dan pupus.

Fokus!!

Akupun menerawangi alam benakku dengan sekelumit kisah di sekeliling.
Orang-orang,
mereka,
para pria.

Yap, apakah laki-laki tercipta untuk perempuan?
Ataukah memang perempuan yang khusus tercipta untuk lelaki?
Faktanya,Memang HAWA yang diciptakan untuk ADAM.

2011,
di antara derai gerimis di luar sana.
Pertanyaanku datang begitu saja.
Meledak-ledak
Afwan.

"apakah seorang perempuan harus tetap menjadi perawan hingga malam pertamanya?"

"haaa, MENGAPA TIBA-TIBA engkau pertanyakan hal seperti ini, ukhti?"
kudengar hati salah satu di sana mendesis geram,

afwan.

"sungguh aku hanya ingin tahu. Karenanya aku bertanya."

hening.
Senyap lagi.

"Tunggu, ini tidak ADIL... Sementara laki-laki tidak pernah dipertanyakan keperjakaannya.
Bahkan kudengar tidak bisa diuji pula. Wah, apa pula!!"

duh ukhti, jangan emosi.
Rasanya,ini memang kodrat kita sebagai perempuan seperti ini.

Yaa Rabbi?
Benarkah ini kodrat?

Di luar sana,
masih ada saudariku yang bergulat dalam derita dan ketragisan yang terjual sia-sia.
Mereka,
kupu-kupu dengan sepasang sayap yang RAPUH.
Memiliki sayap tetapi tak bisa terbang bebas.

Dan ini akan sangat sangat menyakitkan bila terus kita bahas.

Tidakkah hatimu tergetar karenanya??

Dan seseorang kudengar menjawab dengan sempurna.
Menurutku.

"di luar sana,
akan ada, dan masih ada laki-laki yang memilih terus memandang ke depan, dan meninggalkan apa yang ada di belakang!"

ayolah saudariku,
kepakkan sayap-sayapmu,
terbanglah menuju kebebasan hati,
kebebasan kalbu.

Jika itu karena dosa,

HANYA ALLAH swt TEMPAT KITA KEMBALI.

Astaghfirullahal'adziim.

*** 

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - Kiamat Memang Sudah Mulai Menyentuh ke Bumi

Sepertinya Kiamat 'memang sudah mulai menyentuh ke bumi'..

Bahkan menjadikan umat manusia merasa dirinya paling benar.

"Aaahhh...Sombong Benar..!

Siapa dia wahai Allah,
Sesama manusia dan tak bisa menjaga lisan,
mengusik ketenangan dengan kata kasar tanpa dasar.

Mempermalukan satu dari jenis yang sama dengan Ibunya..
hmmm, sebenarnya ini tentang siapa untuk siapa siih?
Wallahu Alam..

Berbicara dalam rasa yang dia anggap benar sendiri...
melantunkan kata" tentang 'Memamerkan' hal yg sebenarnya hanya mempermalukan diri sendiri,

Hmmm, sebenarnya siapa dan untuk siapa semua dipamerkan?

Percuma apabila yang engkau katakan hanya memperlihatkan
betapa piciknya sebuah pemikiran.

Mungkin bagimu tiada terasa,
Keriyaan telah membelenggu di hati...
Keriyaan membuat hidung terkembang-kempis,
Seolah oksigen di bumi semua terhirup olehmu.

Hmmm...
Masyaallah yaa Rabbanaa..
Siapa dan Siapa di antaranya?
Membiarkan kebusukan menggerogoti seisi hatinya,
Berbelatung dan membusuk..
Naudzubillahi Min Dzalik.

Yaa Rabbi..
Biarlah kami mensucikan diri melalui setiap wudhu,
setiap sujud, setiap tangis, dan setiap doa" kami...
Ramadhan adalah media terbesar kami,
Meleburkan keriyaan, kedengkian, dan segala kebusukan di hati,

Insyaallah,

Memang Kiamat akan Datang,
Memang Kiamat telah Dekat,

Namun, jangan jadikan kiamat sebagai alasan kotornya
sebuah hati.

Naudzubillahi Min Dzalik..

^ampuni kami yaa Allah,
ketika hati terlupa dan lalai,
ketika mata tersilau oleh yg bukan hak,
saat telinga mendengar yg tak pantas,
sewaktu raga berjalan mengikuti hawa dan nafsu,
dan dikala hati mengikuti bisikan Syetan,
 #Sesungguhnya dunia akan Engkau hancur dan leburkan,
 namun sebelumnya, biarlah kami leburkan segala dosa dan dosa..

Sungguh wahai Rabb...
Biarlah diri mengidentifikasi mana yg benar mana yang salah,

Ketika kami yakin bahwa semua salah,
saat itulah yaa Allah..

SAAT ITU ENGKAU MENYENTUHI HATI KAMI.

SUBHANALLAH WAL HAMDULILLAH,

By: Ramitha D. Susanto

diposting di note fesbukku pada 2012

#Mita'sDiary - ~*:: Pengharapan Terdalam ::*~

 
'' Bismillahirrohmaanirrohiim''

Duhai Robb...
Tak terperih hati ini tertelan RINDU dan keinginan,
keinginan untuk meraih CINTA yg lebih tinggi,
kasihMU kepada diriku wahai Robb...

Kususuri cerita demi cerita dalam perjalanan hidupku,
Semua terasa indah dan sangatlah sempurna..
dan aku tak ingin kisahku diganti,
bahkan ditukar tambahkan dengan kisah-kisah mereka di luar sana.

sungguh, kisahku dan segala cinta darimu memang SELALU AKAN aku syukuri.
betapa aku sangat berbahagia,
terlahir dari rahim seorang perempuan yg memang aku cintai...
yaaa, Beliaulah ibuku...

Kini semua telah berjalan dengan cepat,
seolah waktu datang dan menyambar kehidupan terlalu lekas...
semua terasa masih AWAL bagiku...

Dan tiada akan aku ingkari yaa Allah..
semua kasihMu selalu aku syukuri,
Akan selalu aku syukuri.

Namun masih terasa ada yang kurang,
sepertinya masih ada RUANG kosongku yg harus segera TERISI.
Ruang cintaku yg mendambakan sebentuk KASIH SAyang nyata.

Buah hati,
Yaa Buah hatii,
penerus cinta antara aku dengan kekasih jiwaku,
Buah cinta yang nanti akan menjadi penerang di hari tua.
InsyaAllah kutunggu dengan sabar yaa robb.. :)

Kutahu,
kelak yaa Allah...
akan ada pergantian posisi,

yang kecil telah beranjak dewasa,
telah belajar mencari arti kehidupan dalam kemandirian.
sekarang ingin mendapatkan sesuatu yg baru...
hehe, ketidakpuasan?
Bukan...
tapi harapan...
keinginan dan harapan untuk:
LEKAS,
SEGERA,

dan inginku,
ingiin,
ingiin...

# Duhai Rabb...
Engkaulah yg tahu apa yg terkira di benakku,
Engkaulah yg tahu persis segala yg tercurah dari hatiku...

semua yang ada di pikiran,
sekarang kuharap akan segera terwujud.
gak hanya sekedar planning tanpa realisasi..
semua akan berjalan seiring AKU telah yakini dengan hati.

##For my Dear Husbie...
makasih untuk segala Cinta dan kasih sayangmu ya sayang...
semoga tahun depan kita juga bisa yaaa...
hohoho

###Sekedar PENGHARAPAN TERDALAM niih
InsyaALLAh..
I know we can do it, dear...

Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - ::* ' Tidak Melulu Harus Menangis Karena Cinta, Kan?' *::

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Terkisah sebentuk kasih dari MU ya Rabbana,
Yang menuntun hati dalam kebaikan, melepas segala kerisauan dan serta merta semua resah.
Segala kegelisahan kandas, dan kusandarkan semua dalam peluk kuasaMu.

Dan kubiarkan mataku berkaca-kaca,
Kunikmati keharuan hati dengan lapang dada,
Mungkin belum saatnya, sehingga Engkau menangguhkan buah cinta kam
Yang sebenarnya dengan mendambanya saja hatiku sudah teriris perih,

Ahhhh Allah,
Kubiarkan Air mataku bersimbah di kedua pipi,
Rasa asin yang tak sebanding dengan pengharapanku,
Yaa Rabbiku,
Kebahagiaan itu kurasakan timpa bertimpa,
mulai dari kesendirianku, sampai Engkau percayakan aku pada
Sebuah Hati,
Sebuah Cinta,
Sesosok istimewa di hatiku, yaaaa siapa lagi kalau bukan dia Suamiku tersayang.


Subhanallahu wal Hamdulillah,
Aku syukuri segala ketetapan itu yaa Allah,
Dan aku jalani dalam keindahan rasa Ikhlasku,

Dan lagi,
Kubiarkan keharuan itu menyeruak dari sudut-sudut mataku,
Beningnya lelehan  kristal yang menghangat mengalir lagi di pipiku.
Ahhh, ini bukan isyarat rasa cengengku..

Bukan...

Mundur ke masa lampau sejena
Terbayang jelas dahulu kisah semasa remaja,
Terbelit tangis dalam isakan-isakan,
Menghujat masa dalam rasa tidak adil yg selalu terasa,

Aduuuh,
Apa yang tidak adil?
Dan semua jadi pembangkangan yang membuat Bunda bersedih lagi,

Wahai Bundaku,
Lukamu dan air matamu dahulu,
membuat aku jatuh dalam kedewasaan,
Bahwa semua yang pernah engkau larangkan adalah kebenaran yang TIDAK  kudengarkan,
Tak pernah kuhiraukan,

Ahh, maafkan aku Bundaku sayang,
Anak kesayanganmu yang nyata pernah melukai hatimu.


Heiii Kawan,
Kembali ke saat ini,
Kubiarkan lagi airmataku LURUH, menuruni belahan pipiku,
membasuh rasa sesalku, dan menyeka segala rasa dukaku dulu...

Yaa Airmata yang sekarang turun,
kubiarkan mengalir dan mengharu biru,
karena ini isyarat syukurku kepada Mu wahai Rabb...

Meski Kebahagian ini masih belumlah lengkap,
Masih terkait pada sebuah pengharapan nyata,
Yaa si Buah cinta yang belum menyapaku bunda.
Si kecil Mungil yang belum ambil antrian di Syurga_Mu yaa Allah..


Bahkan, Sepertinya,
Bundalah yang sedang semangat dalam ANTRIAN ini,
Berharap dan mengharap, agar Engkau lekas mendapati Bunda disini Nak..
Bundamu yang Merindu, Memohon Agar Allah menitipkanmu di raga Bunda...


Yaa Rabbana,
Kubiarkan semua airmataku tumpah,
Turun dari sudut-sudut mata,

yaa, Benar Sahabat,
Airmata yang indah bukan?

Airmata yang terus menguntitku, kamu, juga mereka
Naah,
Tidak Melulu Harus Menangis Karena Cinta, Kan?

By: Ramitha D. Susanto
@Mitha_AdelSanto

NB: Terkhusus untukmu suamiku sayang Uda @AdEL_kucintaimu Selamanya^^,V
^^, Assalamualaikum para pembacaku..
 
posting ulang

#Mita'sDiary - Pelabuhan Hati

Awal yang menggemaskan, ketika tiada kusangka akan ada perjumpaan.
ketika itu, seketika aku terpesona, terpukau dalam suasana yang tanpa diduga-duga.
kita berjumpa kembali kekasih hatiku,

dan setelahnya ada CINTA yang terselip di kesudahan

Kuuntai rasa syukurku kepada Sang Maha Pemberi cinta.
Kucapkan segala rasa itu dan kuluapkan dalam doa-doa panjangku di setiap aku bersujud.

TERIMA KASIH duhaiiii ALLAH.

Entah apa yang menderaku.
Akupun merasa tiada kesempurnaan dalam hidup ini.

Setelah aku renungi wahai kawanku,
terlihat dan terpampang,
Hidup manusia selalu timpang dan musti ada cacat meski itu sedikit.
sangat bohong apabila ada yang mengaku terlahir dengan hidup yang bergelimang kesempurnaan.

karena apabila LAHIRMU sempurna, apa engkau yakin Bathinmu merasa cukup?

entahlah...

Aku tak tahu dimana akan engkau dapati jawabnya.

Kembali pada kisahku,
aku syukuri atas segala yang Engkau berikan padaku wahai rabbi...

atas hidupku,
atas embus napas yang masih terasa hangat udaranya di hidungku,
serta atas segala kegembiraan yang aku rasakan sepanjang aku masih hidup di bumi ini.

Semua tak terlepas dari ketetapan demi ketetapan dariMU dalam hidupku.

wahai Rabb pemberi rasa cinta,
tak lelah aku merangkai kata,
tak pernah penat aku menguntai rasa syukurku kepadaMU,

AKU SANGAT MENDAMBA AKAN CINTA SEJATIKU.
AKU berterimakasih, ENGKAU pun telah titipkan cinta ini untuknya.
Untuk dia yang selalu aku kasihi,
untuk dia yang selalu aku sayangi,

Aku berharap,
setelah cinta yang indah ini berlabuh,
kumohon duhai Allah>>> JANGAN pernah BIARKAN aku dan dirinya terpisah.
KArena Aku Mencintainya KArenaMU.

Tinggal sebentar lagi, cinta kami menuju pelabuhan hati
dan meskipun aku tergamang menanti,
aku ingin cinta kami

NB; Just For my HOney DELMI SUSANTO....I will always loving U,
I will be ur wife until this world be END.
InsyaALLAH, kita akan saling menjaga keutuhan ini...
dan ketahuilah, Rasa sayangku tak akan pernah aku kurangi
selama aku masih memiliki udara untuk kuhirup di bumi Allah ini.

#Mita'sDiary - Pelabuhan Hati
 Kuposting 27 September 2011 menjelang datangnya hari H menuju pelaminan.

oleh : Ramita Zurnia

#Mita'sDiary - Kepompong Sepi, Menjelma Kupu Kupu

 
Terlahir sebagai perempuan.
Hidup dengan aturan dan aturan.
Begitulah mereka menjaga pendar cahaya kita,
agar tak padam diterpa taufan.

Dan semua terhenti sejenak.
Inilah fase metamorfosis
Dan semua kepompong tergantung di ranting dengan kodratnya.

Dan penjelmaan tak selamanya dipuji.
Tak jarang kodrat membawanya pada penciptaan sebagai kupu-kupu bersayap muram.
Pekat dan hitam.

Namun semua kepompong menjelma kupu-kupu.
Bersayap,
dan terbang.

Itulah fase.
Yang harus dilalui.

Kepompong sepi tergantung di kantung hangatnya.
Di bawah terik matahari, dan bertahan di antara angin dan hujan.

Sendirian.
Dan kesepian.

Itulah fase.
Menunggu dan akan melewati sesuatu.
Menanti dan akan menjadi sesuatu.

Terlahir sebagai perempuan.
Bertahan di bawah aturan.

Kodra?.
Jika engkau mengaku golongan patriarkat.
Umpamakan; diri ini kepompong sepi.

Andai kepompongku jadi kupu-kupu.
Akankah sayapku berwarna warni?
Ataukah akan gelap pekat?

Yang pasti dia (akan) terbang,
terus terbang dan menembus awan.

Terlahir sebagai perempuan.
Umpamakan: diriku kupu-kupu.
Sayapku mampu menopang tubuh.

Melayang bersama angin.

> yaa Rabbi,
akan kupertaruhkan sayap-sayapku meski hidup kejam.

Mungkin,
ketika kupu-kupu tak lagi bersayap,
tak mampu terbang, dan tertatih di tanah berdebu.

Kupu-kupu cuma bisa menunggu.
Menanti seseorang datang
dan melengkapinya dengan sayap-sayap yang baru.
Sayap yang jauh lebih sempurna.
Sayap yang disebut sayap sayap CINTA.

>> terlahir sebagai seorang perempuan.
Kita dipercaya dengan hati yang penuh kekuatan, saudariku.

Kita lewati fase demi fase.

Kita adalah hamba terpilih.
Istimewa disebut perempuan.

Bertahan umpama kepompong di ranting.
Berjuang dan terbang umpama kupu-kupu.

Meski sayap rapuhmu rusah dan tercabik,
kita tidak akan terjatuh begitu saja.

Karena kita kuat.
Karena kita tegar.

Allah selalu bersama kita.
Menjaga dengan segenap KUASANYA.

Subhanallah
walhamdulillah
laailahaillallah.

Kupu-kupu,
menanti sayap yg baru.
Meski tak sempurna,
tapi dengan ada dirimu aku (selalu) merasa sempurna


#Mita'sDiary - "Kepompong Sepi, Menjelma Kupu Kupu"
pernah kushare di note fesbuk pada 22 Mei 2011
dan kuposting ulang di sini,
selamat membaca,

oleh : Ramita Zurnia
Twitter : @Mitha_AdelSanto

#Mita'sDiary - Belajarlah dari Sepotong Keikhlasan

 Bismillahirrohmaanirrohiim..

Di sudut senja yang hiruk pikuk,
Duduk tertunduk seraut wajah lusuh,
Mengapit derita dalam dekapan senja berabu, penuh abu, penuh sesak dan berbau sendu.
Semua yang berlalu lalang, penuh sesak tak memberinya peluang.
Dasar manusia beruang, bertingkah pongah, sombong bertuah!!
Dia pikir dunia ini miliknya apa?
Bisa dibeli, dikontrak, disewA seenaknya.
Lalu kami ini apa???

Tubuh kurus terlalu mengering itu beranjak pelan,
Menopang langkah-langkah resahnya ke ujung jalan yang berebut di kemacetan.
Ia terseok mengapit harapan di tangan,
Berharap sedikit recehan dan ribuan.
Bukan kaleng ia tengadahkan.
Tak sanggup tangan gemetarnya ia tadahkan.
Namun ia menjajakan buah tangan.
Mainan jaman lama yang lebih berharga dibandingkan tablet dan gadget anda!
yaaa, hanya mainan sederhana.
Yang anda dan saya pernah mainkan ketika bocah ingusan juga,
Sebuah mainan Sederhana,
Buah karya tanpa cela,
Sebab dulu anda dan saya juga peminatnya.

Aaah, lupakan kisah semasa lama!!!

Tubuh Lusuh berbaju kumal,
Basah oleh keringat yang tak pandang bulu,
Namun itulah kehidupanya, menopang raga dengan menerima keadaannya.
IstiQomah dalam setiap usahanya,
Sedari dia muda hingga berusia senja.
Dia berpasrah dan bahagia,
Hidup bersahaja dan ikhlas menjalaninya.

Berbeda ketika mata tertumbuk di sudut lain,
Gemerlap cahaya menyilaukan mata.
Saking silaunya, dia tutupi dengan kacamata hitamnya,
mmmm, tak sadarkah dia, senja telah beranjak gulita.
Ini dia sebagian dari kita, pulang ke istana megah dengan terpapah.
di rumah kehampaan terpapar tanpa penghalang mata,
Anaknya asyik dikeasyikan tak bermakna, tablet dan gadget hadiah yang dia pongah dan angkuhkan,
tak menyambutnya dengan senyuman dan tawa hangat.
di sudut yang sama, pasangan setia dengan modernisasi di genggamannya,
dunia di tangan, sementara Dia terabaikan.
Itulah buah ke-tidak-sadaran, ke-tidak-benaran, ke-tidak-sengajaan yang pahit untuk ditelan.

aaah lupakan,
Dia yang angkuh menikmati lagu sendu,
Alunan yang dia ciptakan,
Cuma nada-nada kosong dan melompong.

Coba dia sadari di sudut jalanan berabu
tubuh Tua lemah tak bertenaga,
Seandainya tadi diulurkannya ribuan saja,
mungkin dia paham kisah lama,
Ketika bocah belia, riang bermain dikelilingi cinta dan sayang.
Memainkan mainan sederhana, dari kayu dan bambu saja,
Ayah Bunda tertawa di sisinya,
Menemani dengan ikhlas dan bangga.

#SudahIkhlaskah kita sahabat??
menjalani hidup dan sisa usia?
bukankah kita menginginkan bahagia?
mari kita belajar dari sepotong keikhlasan yang sederhana..
inilah sedikit barisan miris yang kuuntai dengan penuh prihatin namun haru.

#SenandungRindukuTuhan

#Catatanku - * Belajarlah dari Sepotong keikhlasan *
telah kuposting di Note Fesbuk pada 17 januari 2015
dan hari ini kuposting ulang di blog ini. selamat membaca, gaes. :))
Ramita Zurnia
@Mitha_AdelSanto

Rabu, 07 Oktober 2015

#GiveAwayEllunar1st –Ulang Tahun Ayah

 

"Kayana, kamu masih belum bersiap–siap?"

Ada nada bersemangat dalam pertanyaan bunda pagi ini. Aku masih saja bergelung di balik selimut tebalku yang hangat, saat bunda tiba–tiba datang dan nongol sambil menarik selimut.

Sreeeettt...
Bunda langsung menjauhkan benda itu sejauh–jauhnya dari tubuhku. Ohhh, tidaaaakkk..

"Bunda, aku ngantuk–"

"Oh, tidak–kita harus pergi sekarang Kay, ayo! Kamu mandi, dan bersiap, oke!" Bunda memaksaku lagi. Bunda menarikku hingga berdiri, dan memelototi aku. "Ayo, jangan protes."

Sambil menggosok gigi, aku terus bersungut–sungut di kamar mandi. Bunda selalu bersikap seperti ini, memperlakukan aku seperti seorang anak kecil. Padahal bunda sendiri tahu baru sebulan yang lalu aku merayakan ulang tahunku yang ke–17 tahun, yang artinya aku sudah termasuk dalam kategori orang dewasa.

"Kayana, masih lama?"

"Sebentar, bunda." Aku bergegas mengguyur tubuhku dengan air. Duh, entah mengapa air ini terasa sangat dingin sekali jika di hari Minggu seperti ini.

Begitulah, sepagi ini dan di hari libur pula. Bunda sudah menggedor–gedor pintu kamarku, seperti ada perusuh yang telah datang saja, atau akan terjadi gempa yang memorak–porandakan hatiku, eh–kamarku.

"Kamu lama sekali, bunda bosan menunggumu tahu." Bunda langsung saja mengomeliku, lagi, aku hanya bisa nyengir dan menggaruk–garuk kepalaku yang sama sekali tidak gatal.

"Maaf, bunda, dan kita jadi berangkat kan, bun? Ayoo..."

***

Hari Minggu. Aku sangat menyukai hari libur, yang memungkinkan aku bisa melepaskan beban pikiranku sejenak, beserta membebaskan diri dari aktifitas sekolah yang enam hari penuh telah menguras otakku.

"Kayana, kamu suka yang mana?" suara bunda kembali membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, mendapati dua buah liontin yang berbeda di genggaman bunda.

"Apa ini, bunda?" Mataku berkilau menatap liontin keperakan yang tampak begitu indah, mungkin jika diserasikan dengan kalung berantai mungil, akan sangat pas saat kukenakan.

"Ini yang kita bicarakan semalam, Sayang! Yang ini, liontin mungil berbentuk peluru–dulu ayah pernah menghadiahkannya kepada bunda, dan yang kamu pegang itu liontin cantik berbentuk dua hati–juga hadiah dari ayahmu."

Mendengarkan bunda menceritakan hal itu saja membuatku mampu merasakan betapa dalamnya cinta dan keterikatan hati antara ayah dan bunda. This is love! Dan aku bersyukur sekaligus bahagia untuk hal ini.

"Aku kan anak perempuan, bunda. Aku suka kalung berliontin hati ini."

"Waaah, sepakat. Bunda juga sangat menyukai liontin hati ini, sayang. Oohh," Mata bunda terlihat berkaca–kaca. Namun aku tidak akan bertanya lebih jauh, sebab terlalu beresiko jika sampai pertanyaanku mengganggu konsentrasi bunda saat menyetir seperti ini.

***

Paviliun mungil itu masih terlihat sama. Hanya lantai marmer putih di bagian teras depan itu saja yang sedikit berdebu. Mungkin angin kemarau di musim ini telah berembus nakal, terlalu asyik bercengkrama dengan beberapa helai daun kamboja yang menguning, hingga luruh dari tangkainya.

Beberapa kuntum bunga kamboja merah, kuning, dan putih bermekaran indah. Pot–pot bunga itu berjejer rapi di teras, tanahnya tampak mengering, namun beberapa kelopaknya mencuat indah seperti tak mengenal musim. Bunda pernah bercerita, bahwa dulu ayahlah yang merawat semua bunga–bunga itu. Dulu, semasa aku masih kecil, dan kami bertiga–ayah, bunda, dan aku–sering berkunjung di hari libur ke paviliun ini.

Ahhhh, kembali ada perasaan aneh yang menyeruak dari hatiku. Kesedihan mampir sebentar, dan rasanya begitu menyesakkan. Tubuhku sedikit gemetar. Aku tahu, akan sangat tidak baik akibatnya apabila bunda sampai melihatku meneteskan air mata.

Hey, masa kecilku! Akankah kemunculanmu dari memori kenanganku kali ini akan kembali membuat air mataku melimpah seperti ini? Rasanya, aku sangat tidak ingin menambah kesedihan di hati bunda–setidaknya untuk hari ini.

Aku paham, memang dunia belum kiamat. Apalagi hingga saat ini aku masih bisa melihat senyuman terkembang di bibir bunda, apalagi yang harus kujadikan alasan untuk bersedih, sementara kebahagiaanlah yang masih terus kutemukan dari sinar di dua mata tua bunda.

"Kay, sini sayang!"

Panggilan bunda menyadarkan lamunanku. Aku masih berusaha menyembunyikan perasaan sedih yang membuncah dari hatiku. Aku menurut, dan kusenyumi bunda yang masih berjongkok di depan gundukan tanah yang telah ditumbuhi rerumputan hujau yang tampak subur.

"Yaa, bunda."

"Ayo sayang, sampaikan rindumu pada ayah. Ingat, hari ini ayahmu ulang tahun." Bunda menatapku sebentar, dan kembali mengalihkan pandangannya dariku.

Kutahan segala rasa yang kembali memunculkan duka mendalam di hatiku. Kuusap perlahan nisan ayah dengan penuh rindu. Rindu–rindu yang kuharap selalu sampai saat bibirku tak henti memohonkan doa untuk ketenangan beliau di sisiNya.

"Selamat ulang tahun, ayah sayang. Selamat ulang tahun. Kayana dan bunda kembali datang mengunjungi ayah. Kayana sangat–merindukan–ayah..."

Ohhh, selalu saja perasaan ini sulit kukendalikan. Kerinduanku yang selalu saja tidak terkontrol. Kugenggam liontin berbentuk hati yang tergantung di leherku. Ayah, engkau berdebar setiap kali aku bernapas. Engkau berdebar, di sini ayah, di hatiku.

Bunda memelukku. Memelukku erat sekali, pelukan bunda seakan menyiratkan kata–kata juga tidak ingin berpisah denganku–setelah ayah.

Hari ini adalah hari ulang tahun ayah. Hari yang selalu aku dan bunda ingat–tanpa pernah berniat melupakannya. Setiap ayah berulang tahun, aku dan bunda selalu datang berkunjung ke tempat ini. Rumah di mana ayah terbaring sendiri, dinaungi rindang kamboja yang selalu rimbun oleh bunga.

"Ayah, iman kita beda. Bunda selalu mengulang kalimat itu. Aku tahu, tidak ada yang berbeda dalam cinta. Seperti cinta ayah, kepada bunda, dan juga aku."

Kembali, kubenamkan rindu–rindu teruntuk ayah di pelukan bunda. Sementara angin bertiup lembut, mengugurkan beberapa kuntum kamboja tepat di atas nisan ayah.

***

Words : 860

Alhamdulillah, fiksiku – "Ulang Tahun Ayah" kali ini ditujukan khusus kepada Ellunar Publisher yang tengah berulang tahun ke–1. Setahun sudah, semoga Ellunar Publisher semakin sukses, semakin jaya sebagai sarana dalam mewadahi kreatifitas–kreatifitas dari anak bangsa. Selamat ulang tahun, Ellunar!!

Oleh : Ramita Zurnia (Twitterku : @Mitha_AdelSanto)