Aneh.
Senyum mereka terhimpit oleh cekungnya pipi, dengan sepasang bola mata melotot–hampir copot.
Ahh, ada apa dengan negeri ini? Apa tempat ini baru diterjang badai api? Pucuk–pucuk pepohonan menghitam–gosong.
"Jangan heran, Dik! Air mukamu jelas tahu kepedihan kami." Seorang lelaki tua di pojokan kanvas mulai mengoceh. Dia nampak paling sibuk–paling banyak bicara.
"Eeh, Bapak memahami keherananku?"
"Tentu, sudahlah. Sejak hutan–hutan terpanggang, kami semua kenyang makan asap. Kenyang!! Hahahaha."
Lelaki itu terkekeh, aku semakin merisaukan hal yang terjadi akhir–akhir ini. Kubuang tatapanku dari lukisan di hadapanku, jemariku enggan memoleskan warna selanjutnya. Sebab, yang tampak hanyalah warna asap.
***
Words : 100
MondayFF tema LUKISAN.
Judul – #FFRabu : "Lukisan Negeri Asap"
Oleh : Ramita Zurnia
(Twitter : @Mitha_AdelSanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar