Minggu, 13 September 2015

#Nymphomaniac - Maura, Kekasihku Tersayang

Dia hanya memperhatikan wanita itu. Melahap sinar mata memelas, yang meremas hasrat kelelakiannya.

Tidak!
Bagas menahan diri. Bagas akan terus mencoba untuk mengendalikan diri. Kali ini dia telah berjanji untuk tidak menyambut ajakan yang sebenarnya sangat menggoda imannya.

"Bertahanlah, Maura." desahnya tanpa mencoba mendekati tubuh gadisnya itu.

Maura meliuk, angin malam menampar kerampingan sekujur kulitnya. Sesekali dia mencoba membuang keinginannya, namun hasrat tubuhnya yang rentan, membuatnya seakan menggelepar tak nyaman.

"Bagas, kau ingin menyiksaku kali ini?"

"Bertahanlah, Maura. Aku yakin kau bisa melawannya!"

Perih. Nyeri.
Maura membuang pandangannya. Malam ini terasa begitu panas, tubuhnya bergetar, seirama dengan debar tak menentu di dadanya. Malam membekapnya. Membekap keliaran yang selalu tidak bisa dikungkungnya.

"Aku gerah, Bagas. Udara malam ini terasa begitu panas."

Rengekan Maura ingin disambut Bagas dengan pagutan lembut di bibir. Atau pelukan erat saat tubuh mereka menyatu, yang akan membuat napas keduanya sesak.

Bagas menggeliat. Maura benar-benar tersiksa sendiri. Gadisnya yang terkasih, memiliki tingkatan hasrat yang jauh lebih tinggi di atasnya.

Maura mulai meringis. Bagas selalu kehabisan akal, seperti malam-malam sebelumnya, sebab saat pertahanannya bobol, Bagas tahu bahwa dirinya akan lumat selumat-lumatnya dalam cengkraman Maura.

"Bagas, tidak bisakah - "

"Bertahan, Maura. Aku tidak ingin menyakitimu."

"Menyakitiku? Maksudmu lebih baik aku seperti ini?" Maura mulai meradang. Penolakan lagikah ini? Terkadang Maura berpikir seliar imajinasinya, mengapa sulit sekali bagi Bagas untuk menerima keinginannya.

"Bukan begitu, sayang."
Bagas sangat terenyuh. Setiap kali gulita menghampiri, Maura akan merintih seperti ini. Mengajaknya kembali melayari kesyahduan, mengulangi beberapa kecupan hingga pagi datang.

"Mungkin sebaiknya aku membiarkan tubuhku dimangsa kebejatan lelaki mana saja, bukankah aku juga menginginkan semua kenikmatan itu, dan - "

Bagas terperanjat. Darahnya berdesir sangat cepat. Dihampirinya Maura tersayang, Maura-nya yang malang. Dikecupnya kelopak mata Maura. Air mata menetes di kedua sudutnya.

"Tidak, sayang! Hentikan segala kekonyolanmu itu. Jangan kaujadikan dirimu mangsa keliaran yang bergejolak dalam darahmu. Maura, sudah berapa kali kukatakan. Aku mencintaimu."

Maura terisak, Maura mengutuk dirinya sendiri. Malam selalu menjadikannya berkeringat.

***

"Hanya untuk kali ini, Bagas. Tolonglah."

Maura menggeser tubuhnya seinchi lebih rapat. Beberapa kali sudah trik Bagas selalu lumpuh di tangannya.

"Maura, semalam kau sudah berjanji."

"Itu janjimu, bukan aku!"

"Heiiii, janji kita, sayang." Bagas sampai harus melotot akibat mendengar celotehan Maura.

Maura tergelak. Begitulah. Beberapa kali keinginannya tak bisa dibendungnya. Bahkan sepagi ini, keinginan itu terasa meluap-luap.

Gila.
Maura harus menekan harapnya dalam - dalam. Merasakan bibir Bagas mengembuskan napas dan menyentuh cuping hidungnya saja dia telah menggelepar pasrah.

Bagas mengecupnya. Benar-benar mengecupnya. Maura mencoba membuka bibir, namun detik itu juga kecupan itu berakhir.

Aah, kecewa. Maura kecewa sekali. Bagas terkekeh membaca ekspresi masam di wajah kekasihnya itu.

"Ayo bangun! Setelah itu mandi, dan kita sarapan."

"Tetapi sayang, kita bisa - "

"Tidak Maura. Tidak untuk kali ini." Bagas mencubit lembut pipi Maura. Sebenarnya ajakan Maura memang sangat diinginkannya. Apalagi ketika cipratan air mengenai kulit mereka.

Aaah.
Bagas tergoda. Namun tidak untuk pagi ini. Maura sedikit cemberut saat meraih handuk dan berlari ke kamar mandi.

"Sayang, aku menunggu di ruang makan yaaa."

Bagas sedikit bimbang. Ada beberapa hal yang harus dikatakannya pagi ini. Maura pasti akan meradang saat mendengarnya. Sebab untuk beberapa hal, Maura memang harus siap menerimanya.

Entahlah. Perasaan Bagas semakin tidak enak. Nanti sore dia harus berangkat keluar kota. Beberapa urusan pekerjaan telah menunggunya. Untuk beberapa minggu ke depan, dan Maura, bagaimana dengan gadisnya itu.

Bahkan sepagi ini, Maura seakan ingin mengajaknya bergumul. Kembali mengulangi keintiman yang semalaman suntuk telah mereka layari.

***

Words : 568
Baiklaaaah..
Sedikit vulgar, aaah demi kampus fiksi, Akhirnya aku mencoba melepaskan diri dari ketidak-biasaanku menulis hal seperti ini. 568 kata untuk tema #Nymphomaniac.
Oleh : Ramita Zurnia (id twitter: @Mitha_AdelSanto)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar