PLAKKK..
Perempuan itu tak bergeming.
Gambar telapak tangan mulai membiru di area pipi hingga pelipisnya. Renato mengumpat lagi. Mengutuk, dan menyumpah - nyumpah. Perempuan itu tetap berdiri, tidak meringis, tidak merengek sedikitpun.
Renato meneriakinya lagi dengan kata - kata tidak enak didengar. Entah kali keberapa, lelaki itu menempelengnya lagi hingga tubuhnya terasa goyah. Deana tertunduk, dan masih menikmati rasa perih yang bertahan di wajahnya.
"Kau pergilah, Deana, pergilah!!!"
Deana menatap wajah Renato dalam - dalam. Renato membuang muka dan mengepal kedua tangannya. Sebenarnya Deana sangat ingin membalas perlakuan ini, Deana selalu paham bahwa ini sudah sangat tidak adil baginya, tetapi dia selalu tidak ingin mengotori tangannya hanya untuk melampiaskan dendam.
"Kenapa kau ingin aku pergi, Renato? Kau bisa mencabut nyawaku, jika perlu."
Renato tidak menjawab. Beberapa kali dia pulang dalam keadaan mabuk, beberapa kali pula dia pulang dengan memeluk beberapa perempuan sundal ke rumah. Jika sudah kalah judi, dia akan melampiaskannya dengan menenggak berbotol - botol bir oplosan, lalu pulang terhuyung - huyung, dan melampiaskannya lagi pada tubuh ringkih yang tidak pernah sekalipun dia beri perhatian.
"Akhiri semuanya sekarang, Renato!" Suara Deana memang terdengar bergetar. Renato memaksa bola matanya memperhatikan Deana sejenak, tubuh perempuan itu semakin kurus saja. Hanya bagian perutnya yang terlihat sedikit membulat. Bahkan Renato sendiri tidak tahu berapa bulan sudah darah dagingnya bertahan di sana.
"Pergilaaaah, Deana. Pergi."
Deana tidak beranjak, apapun yang terjadi, terjadilah. Deana hanya ingin di sisi Renato, paling tidak hingga bayinya lahir. Jika tidak, maka biarlah semua berakhir. Toh, selama ini Deana merasa dirinya sudah tidak diinginkan lagi. Bahkan untuk pulang ke rumah orang tuanya saja, Deana juga sudah tidak sanggup.
Dia yang memutuskan untuk pergi dan memilih hidup dengan laki - laki ini. Dia juga yang mati - matian membela saat bapak mengamuk d ab menuding laki - laki brengsek ini. Dan dia juga yang mengancam ibu saat laki - laki ini diusir pergi setelah membuat masalah di rumahnya dulu.
Yaaa, laki - laki ini. Yang setengah mati diperjuangkan dan dicintainya. Laki - laki yang sama, yang akhirnya mencampakkannya begitu saja. Mungkinkah ini karma?
***
Words : 342
#FFku - Karma
Oleh : Ramita Zurnia (id twitter : @Mitha_AdelSanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar