"Arinda, pergi Nak! Pergiii!!"
Jeritan Emak membuat Arinda ketakutan. Arinda tidak sanggup melangkahkan kedua kakinya, sementara lolongan kesakitan Emak jelas - jelas mencabik perasaan siapa saja yang mendengarnya.
"Emaaaaakkkk..." Arinda ingin menjerit sekuat tenaga, menghambur ke arah Emak, dan menarik tubuh Emak dari tempat terkutuk itu. Namun tidak pada kenyataannya. Arinda menutup mulutnya rapat - rapat. Mengunci setiap kata dan menelannya bulat - bulat.
Rembulan sudah terkurung kabut hitam. Gelap. Arinda meringkuk di balik salah satu pohon besar. Tidak tahu hendak melangkah ke mana. Arinda hanya ingin kembali ke gubuk tadi, menerobos semak hutan, dan mencoba menyelamatkan Emak.
"Emaaaakkk..."
Arinda terisak.
Malam telah membekap seluruh keberaniannya. Entah bagaimana dengan nasib Emak. Rasa bersalah membuat Arinda melolong meratap - ratap. Arinda memeluk diri. Air matanya mengucur tiada henti.
Arinda ingin berbalik. Kuat keinginan hatinya untuk kembali ke tempat semula. "Emak harus selamat. Harus!!"
Angin menderu - deru. Gemuruh di dada Arinda sulit untuk diterjemahkan. Arinda mengabaikan sayatan beberapa semak berduri yang mengenai betisnya. Dia hanya ingin berlari sekencang - kencangnya. Emak juga harus selamat, Arinda tidak ingin egois kali ini.
"Emaaak, emaaaaakkkk..."
Arinda meraung. Beberapa meter di depannya, tubuh Emak terguling mencium tanah. Darah bersimbah di atas rumput kering. Hawa anyir menguar ke udara. Arinda menyeret langkahnya semakin dekat lagi.
"Maaak, eemm - maaaaakkkk..."
Arinda menelan tangisnya sendiri. Sementara di belakangnya, sosok tinggi besar bermata merah menyala - nyala, tengah bersiap untuk menerkamnya. Sedetik sebelum semua berakhir, Arinda memastikan ada yang tercabik - cabik. Terburai. Dan darah kental memancar dari perutnya.
"Sebab kehidupanku di masa lalu, harus dibayar dengan kematian kalian."
** (rz) **
Words : 253
Akhirnya fictionholics.
Saat aku mencoba menulis di genre Horror ternyata rasanya sangat berbeda. Duuh, demi #HorrorisR aku melewati hal yang benar - benar menantang. Membuat keringat sedikit lebih banyak berceceran dibandingkan menulis fiksi romantis dan cinta - cintaan. :D
Tetapi tidak masalah, apapun hasilnya, tentu aku akan terus menulis dan menulis. :))
Oleh : Ramita Zurnia
(Id twitter : @Mitha_AdelSanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar