Didi hanya duduk termangu. Petang berlalu, dan menyisakan sedikit cahaya temaram.
Sebentar lagi senja rebah di pelukan malam. Didi duduk bersandar ke dinding. Ekor matanya menatap ke arah ibu yang sibuk menekuni sesuatu.
"Nak... Melamun lagi?"
"Ahhh, tidak Bu."
"Lalu?" desak Ibu sambil tak melepaskan pandangan dari benda di tangannya.
"Bukan apa-apa, Bu. Aku hanya menunggu Ibu selesai."
Ibu tersenyum, dia menatap Didi dengan penuh kasih sayang. Setahun sudah berlalu semenjak Ayah meninggalkan mereka, dan hingga sekarang lelaki itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi.
"Nak, mau yang kiri atau yang kanan?"
Didi tidak lantas menjawab. Dia tertegun sejenak. "Terserah Ibu." sahutnya.
Didi tahu, kedua benda yang dipegang Ibu akan tetap merenggut nyawanya.
"Tutup matamu, Nak. Biarkan semua berjalan dengan mudah." Itulah kata perpisahan terakhir yang di dengar Didi, setelahnya dia menggeram. Lalu mendapati Ibu memegang tangannya kuat-kuat. Namun kakinya tak lagi menjejak tanah.
***
*Pengembangan dari Fiksimini saya yang dikirim ke akun @fiksimini di twitter.
PILIHAN - "Nak, yang kiri atau kanan?"
"Terserah ibu." Didi tahu kedua benda itu akan tetap merenggut nyawanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar