Didi terdiam di sudut ruang tengah. Beberapa minggu terakhir, semua hal terasa berat untuk dia lalui.
Dokter memvonis bahwa benturan akibat dari kecelakaan yang baru saja dia alami menjadikannya harus kehilangan ingatan.
Amnesia.
Ya, Didi divonis amnesia.
***
Untuk beberapa saat, Didi tak ingin ambil pusing tentang siapa jati dirinya. Yang terpenting saat ini adalah terus melanjutkan hidup, mencoba melalui hari - hari yang terasa sangat begitu kosong. Daripada hidup dalam kebingungan, dan mengais sisa - sisa ingatan yang sama sekali tidak memunculkan gambaran apapun di benaknya.
"Ahh sudahlah, Nak. Suatu hari ingatanmu pasti kembali." Desah ibunya lirih.
Beberapa hari ini Ibu sengaja datang ke kontrakannya, yaa ibunya bilang agar dia tidak bengong sendirian, apalagi hidup tanpa ingatan seperti ini rasanya hanya akan membuat hidupnya semakin tidak jelas.
Beberapa potong potret lama berserakan di sekitar lantai, hingga di pangkuannya. Didi menunduk. Dia merasa sangat lelah, beberapa saat dia telah memaksakan otaknya bekerja keras memunculkan kenangan.
"Arrgghhhh... !!!" Didi melempar lembaran potret - potret tersebut. Ibunya hanya bisa diam dan pasrah. "Bu, apa aku tak pernah memiliki kenangan berkesan di sepanjang hidupku?" tanyanya frustasi.
"Mungkin,"
"Apa maksud ibu dengan berkata mungkin?" desaknya lagi.
TING TONG... TING TONG...
Suara bel membungkam percakapan antara ibu dan anak tersebut. "Sebentar, biar Ibu bukakan pintu."
Wanita itu bergegas meninggalkan Didi yang terlihat sangat kesal.
***
"Kirana??? Kirana Siapa???"
Didi mengernyitkan keningnya, Ibunya mengantarkan seorang tamu ke kamarnya. Tamu yang ingin berbicara empatmata saja. Ya, seorang wanita muda berdiri tepat di depannya. Wajahnya terlihat sangat menarik, rambutnya lurus sebahu, dan bibirnya merah, terlihat sangat lembut sekali.
"Kirana yang mana?" Ulang Didi lagi. Wanita itu tersenyum. Didi sulit mengartikan senyuman di bibir tipis itu.
"Kau akan ingat aku, Mas."
Tanpa mampu menerjemahkan semuanya, Didi melayang dalam keindahan yang nyata. Kecupan paling ampuh melekat ketat di kelopak bibirnya. Didi mengerti, dia mengikuti semua irama syahdu yang mengaliri nadinya.
"Kirana, kaulah cintaku." bisiknya mantap.
KIRANA, kekasih gelapnya. Istri tetangga, yang berhasil mengembalikan semua ingatannya.
*Pengembangan dari #FM saya yang dikirim ke akun twitter @Fiksimini *
USAHA TERAKHIR - Setelah divonis amnesia oleh dokter, Didi terpaksa mencuri kenangan dari kecupan istri tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar