Jika rindu mengijinkanmu untuk terus bersamaku, menjelmalah sebagai bait yang menampung seluruh huruf di bibirku.
Rabu, 29 Juli 2015
#CeriteraJuli prompt #29 - Voucher Keberuntungan
"NONA WINNIE, ANDA MEMENANGKAN VOUCHER UNTUK DINNER DI RESTORAN KAMI BESOK MALAM."
Winnie sampai melompat - lompat karena tidak percaya. Sepertinya dia tidak bermimpi apapun semalam. Entah bagaimana bisa, tetapi yang paling penting Winnie merasa sangat beruntung bisa memperoleh VOUCHER bersantap malam di sebuah restoran ternama di kotanya. Sepertinya esok malam dia akan menjelma seorang puteri cantik yang bersiap menikmati malam dengan mengendarai kereta kencana. "Hebaaaaattttt..."
BENAR - BENAR SEBUAH KEBERUNTUNGAN YANG TERAMAT BESAR.
"Kau sangat beruntung, Ya." celoteh Viena berisik. Dia mengacak - acak tatanan rambut Winnie dengan gemas.
Winnie tak menggubris. Gaun terbaik yang pernah dia beli sudah melekat pas di tubuhnya. Cantik sekali saat dipadukan dengan heels milik Viena yang berhasil dia pinjam. Winnie merapikan rambutnya, dan mematut wajah sebentar.
"Aku berangkat, Putri Tidur. Daaah."
Winnie menghambur ke arah pintu kamar. Malam ini, peri paling cantik akan menikmati malam paling indah. Yaa, Winnie berdoa semoga ada pria tampan yang langsung jatuh cinta padanya.
***
RATATOUILLE RESTO
Cahaya lampu berkerlap kerlip. Malam yang sangat berbeda. Winnie sedikit bimbang melangkahkan kakinya. Di pintu gerbang resto seorang pelayan menyambutnya dengan baik.
"Nona Winnie? Mari saya tunjukkan arah meja anda." Winnie ternganga. Voucher yang dipegangnya sudah berpindah tangan.
Hebaaatttt, pelayan itu sudah mengenalinya terlebih dahulu. Winnie melangkahkan kakinya mengikuti pelayan. Winnie terpana saat pelayan itu membawanya ke ruangan yang sepertinya khusus dipersiapkan untuk sang pemenang.
Dekor resto yang apik dan sangat cantik. Sebuah meja bulat besar dengan dua kursi telah menunggunya, seorang pelayan membantunya menarik kursi, dan Winnie menyatu dengan suasana resto yang sangat luar biasa.
"Nyamankan dirimu, Nona. Sebentar lagi hidangan pembuka akan segera tiba." pelayan yang tadi menarikkan kursi untuknya mengingatkan Winnie yang masih saja terpesona.
***
"LEZAAAAT, SEMUANYA SANGAT SANGAT LEZAAAAAT..." Winnie masih saja memuji kenikmatan yang sedari tadi memanjakan lidahnya. Menu utama dan juga menu penutup juga telah memenuhi perutnya. Kenyang. Hebat.
Winnie sedikit kewalahan menghadapi selera makannya yang gila - gilaan. Pelayan yang melayaninya hanya tersenyum, dan Winnie juga tak mau ambil pusing dengan hal itu.
"Jika anda sudah selesai, Nona. Saatnya kita bertemu dengan chef terbaik resto kami. Sekaligus pemilik resto ini."
"Wow.. " Winnie mengangguk cepat. "Tentu, saya juga ingin berterima kasih, semua hidangan ini sangat lezat."
"Mari Nona."
***
"Nona Winnie,"
Winnie terbelalak. Sosok lelaki tanpa topi koki di depannya tersenyum sinis. Suara beratnya menggelegar, membuat Winnie merinding.
Winnie melangkah maju, memastikan sosok itu dengan lebih seksama. Tubuhnya tegap, tinggi besar. Winnie menahan rasa ingin tahunya saat lelaki itu balik mendekatinya. "Masih ingat aku, Winnie?"
Winnie menahan napas. Selintas otaknya memutar berbagai kisah lampau. Mencoba menemukan memori yang sesuai dengan tokoh, kejadian, dan waktu. Winnie gemetar hebat. Mungkin saat ini wajahnya memucat. Kedua kakinya mulai terasa lemas. Winnie merasakan mulas di perutnya.
"Raa, Raa - Taa -Tooo..."
"Heiii, kau masih ingat padaku?" Lelaki itu tergelak. "Bagaimana Winnie, masakan buatanku sangat lezat bukan? Aku tahu kau nyaris tidak bernapas saat melahapnya."
Lelaki itu duduk di meja persis berhadapan dengan Winnie. Mengingat hal itu Winnie mual hebat, dia memuntahkan makanan yang dilahapnya tadi dengan perasaan sangat jijik. Winnie menyesal. Winnie merasa sangat menyesal.
Ratato.
Winnie ingat dengan jelas siapa lelaki itu. Beberapa tahun yang lalu, saat pindah ke kota ini, Winnie memilih melanjutkan pendidikan di salah satu SMA Negeri. Di kelasnya, ada seorang anak laki - laki yang nyaris tak pernah bergaul dengan siswa lainnya. Anak laki - laki yang aneh, dan entah kenapa anak itu harus jatuh cinta padanya. Winnie tentu menolak. Anak itu Ratato. Yang pernah bersumpah akan membalas penolakan Winnie.
Winnie tersandar lemas bercampur takut. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Gaun peri yang dipakainya membuatnya susah untuk bernapas. VOUCHER, semua karena VOUCHER yang tak jelas ini.
"Winnie, kau sudah siap, Sayang?"
Ratato sudah tidak sabar lagi. Dia mengulurkan kedua tangannya yang berbulu lebat. Winnie bergidik. Jari - jari besarnya dipenuhi bulu hitam lebat, menarik tubuh Winnie tanpa kasihan. Tubuh Winnie melemas. Tulang - tulangnya remuk, Winnie merasakan paru - parunya menyempit. Winnie masih bisa mendengar suara gelegak air yang mendidih.
Samar, Winnie masih bisa melihat kuku - kuku tajam bersiap merobek kulitnya. Saat itulah Winnie merasa hari ini adalah hari yang paling sial dalam hidupnya.
"SELAMAT NONA. ANDA MENDAPATKAN VOUCHER BERSANTAP SEPUASNYA DI RESTORAN KAMI."
***
Fiksi ini kuikutkan di Event #CeriteraJuli prompt #29 @KampungFiksi
Tema :
Tokoh ceritamu mendapatkan voucher untuk bersantap di sebuah restoran terkenal, sekaligus memperoleh kesempatan untuk mewawancarai chef resto tersebut. Ternyata chef di restoran itu adalah bekas musuh bebuyutannya semasa SMA. Apa yang terjadi??
@Mitha_AdelSanto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar