Selasa, 28 Juli 2015

#CeriteraJuli Prompt 28 - Rahasia Janji Tahun Kesepuluh

Anne melempar badannya ke sofa empuk di ruang tengah. Hari yang sangat melelahkan. Seharian dia sibuk membereskan urusan kantor ditambah lagi dengan beberapa tugas tambahan yakni memberikan arahan pada beberapa karyawan baru di kantornya.

Menjadi seorang wanita karir yang sangat sukses, mungkin butuh waktu yang sangat lama untuk meraihnya. Begitu juga dengan Anne, butuh bertahun-tahun juga baginya hingga meraih posisinya saat ini. Anne besar dalam asuhan keluarga yang penuh cinta. Keluarga yang mengajarkannya cara bertahan dari berbagai penderitaan.

Anne mencoba menyamankan tubuhnya di atas sofa besar itu. Terlihat dengan jelas bahwa dia kelelahan sekali. Udara yang sejuk membuat Anne mengantuk. Entah sudah berapa kali dia menguap hingga matanya perih berair.

Anne terlelap.
Jam besar di sudut ruangan berdentang memberi tanda pukul 00.00 tepat tengah malam. Anne sangat pulas, tak ada suara apapun selain desah napasnya yang teratur, sementara dari langit, rintik hujan terdengar berdenting menyentuh atap.

"Anne, Anne. Bangunlah."
Anne menggeliat. Sendi-sendinya terasa berat waktu digerakkan. Anne mengucek matanya, menguap lebar-lebar, dan mencari asal suara yang memanggil namanya. Dia beranjak turun dari sofa.

"Anne..."
Dia mendengar suara itu lagi. Anne menoleh ke belakang. Dia tertegun, dan berusaha untuk tak berteriak.

"Ro - Robert..."

Anne betul-betul tak habis pikir. Kakaknya. Ya, itu kakaknya yang sepuluh tahun terakhir pergi dari rumah. "Kenapa kau bisa ada di sini?"

Robert terkekeh. Dia menumpukan dagunya di bantalan sofa. "Lho, kenapa? Aku mengunjungimu, apa itu salah?"

Anne duduk di hadapan Robert yang masih saja cengengesan. "Iyaa,  tapi ini sudah tahun kesepuluh sejak kau putuskan untuk pergi. Kau tak lupa bukan?"

Robert semakin terkekeh. Suara tawanya memecah kesunyian malam. Suara hujan sudah tak terdengar lagi.

"Anne, ingatanmu tidak sedang sakit bukan? Aku datang sesuai janjiku. Di tahun kesepuluh, aku datang sesuai waktu yang kita sepakati." Robert memasang tampang memuakkan. Anne mulai merasakan peluh membuat bajunya terasa lengket.

"Janji?"

"Ya,  janji. Kau harus bergabung denganku dan saudara kita lainnya. Misi kita baru akan di mulai,  Anne." Robert menyeringai.

Anne terdiam. Tahun kesepuluh, Robert datang sesuai janji. "....Misi kita baru akan dimulai,  Anne."

***

Anne bersandar ke salah satu dinding. Ucapan Robert beberapa malam yang lalu masih terngiang di benaknya. Dan entah mengapa, sejak malam itu Anne merasa kosong. Hampa. Menderita.

Kali ini Anne merasa beban pikirannya sangatlah berat. Sedari dulu segala hal terasa mudah untuk diputuskan. Anehnya, beberapa hari ini otaknya terasa lamban sekali bekerja.

Anne menghela napas dengan berat. Sekilas ucapan Robert membuat hatinya menghangat. Namun di sisi lain Anne merasa sayang meninggalkan kehidupannya yang sekarang.
Akan tetapi...
***

Anne sudah menentukan pilihan. Sudah lama dia tidak menikmati kebebasan hidupnya. Rasanya kali ini Anne ingin terbebas dari kerumitan hidup yang selama ini dijalaninya. Kebisingan yang tidak jelas. Suasana kantor yang hiruk pikuk, juga manusia - manusia yang sulit diajak kompromi.

Anne menyeringai. Mata bulatnya berkilat - kilat. Malam semakin pekat. Anne menyusul Robert, Nathan, juga saudaranya yang lain. Anne tidak ingin lagi melupakan jati dirinya. Inilah tujuan mengapa dia harus ada di dunia manusia. Anne tak pernah lupa, misi akan segera dimulai.

Di langit malam, rembulan tampak kemerahan. Dalam keremangan malam, Anne mengepakkan sayapnya, sesekali terlihat bibirnya merekah tersenyum puas. Anne menyeringai, menampakkan taring - taringnya yang tajam.

***
@Mitha_AdelSanto, 28 Juli 2015
#CeriteraJuli prompt 28 @kampungfiksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar