Rabu, 29 Juli 2015

#CeriteraJuli prompt #30 - "Kiara dan Arjuna dari Dunia Maya"

"PINK CAFE, 16:00 WIB."

Kiara masih membuka pesan yang masuk ke kotak inbox di akun fesbuknya. Masih tak percaya bahwa dia telah deal untuk ngopi darat dengan Barata, teman lelaki dari yang setahun terakhir dikenalnya dari dunia maya.

"Hai, Kiara. Salam kenal."

Pesan pertama yang mengawali chit - chat di antara mereka. Kiara yang semula cuek, tiba - tiba iseng untuk meladeni setelah ikutan stalk akun fesbuk cowok itu dan ujung - ujungnya keisengan itu berakhir dengan chatting yang berkelanjutan hingga sekarang. "Keren banget sih nih anak..."

"PINK CAFE, 16:00 WIB."

Kiara masih saja melototi layar lap top. Masih ada banyak waktu untuk sekadar bersiap dan berdandan. Kiara masih saja menatap layar, terlihat jelas dia tengah asyik memperhatikan photo di album fesbuk Barata.

"Tampan, tinggi, putih, dan keren." Cerocos Kiara dengan mata berbinar - binar pada sahabatnya. Dhea yang mendengar hanya bisa melotot. "Pokoknya ganteng, Dhe. Persis Arjuna dalam tokoh pewayangan itu."

"Kamu yakin, Kia?"

"Yakin dong, Dhe. Kenapa? Jangan bilang kamu ingin menuduh Barata sebagai penipu, sama seperti teman fesbukmu yang pernah nipu kamu dulu."

"Bukannya gitu, Kiara. Cuma, kamu terlihat sangat percaya dengan dia. Sementara dia, entah siapa dia yang sebenarnya kamu juga belum tahu, Ki." Dhea ngeri jika yang dijumpai Kiara nanti ternyata adalah om - om gatel bahkan mungkin ABG-Tua yang jelalatan. Hih.

"Awas ya Dhe, jangan mikir yang aneh - aneh. Nggak bakalan terjadi seperti yang kamu bayangkan." Kiara bersungut - sungut, apalagi saat Dhea memperlihatkan wajah ngeri begitu.

***

"PINK CAFE, 16:00 WIB."

Kiara sengaja datang lebih awal. Gadis itu duduk di sebuah meja yang agak tersembunyi dari keramaian. Atas saran Dhea, akhirnya Kiara memutuskan untuk sedikit waspada. Kiara yang cantik tentunya tidak ingin menjumpai kebohongan besar. Paling tidak, Kiara pikir Dhea lebih pengalaman dalam hal ini. Dhea yang selalu tertipu oleh penampilan teman fesbuknya yang ternyata hanya efek editan kamera saja.

Kiara masih memantau meja nomor sembilan. Dari kejauhan Kiara bisa melihat dengan jelas kalau tempat itu masih tampak kosong. Barata bilang dia sudah order tempat di meja sembilan.

Pukul 15:50 WIB

Kiara mulai gelisah. Jantungnya mulai deg - deg'an. Sepuluh menit lagi dia akan bertemu dengan teman chattingnya. Ada perasaan berbunga-bunga, tapi juga ada perasaan penuh tanda tanya.

"Waspada. Kamu hanya harus memantau, Kia. Pokoknya sebelum dia melihatmu, pastikan kamu yang melihatnya terlebih dulu. Atau kamu akan menyesal, Kiara." petuah Dhea saat Kiara ingin berangkat ke Cafe tadi.

Kiara mulai bosan menunggu, dia mengisi waktu dengan berselancar di dunia maya lagi. "Eeehhh, ada pesan masuk lagi." desis Kiara. Buru-buru dia membuka pesan di inboxnya.

"Kiara sayang, aku sebentar lagi sampai. Kamu pasti datang bukan?"

Kiara menggigit ujung kukunya. Grogi, dan gregetan. Perasaannya meluap - luap. "Ohhh, Racuuuun." umpatnya pelan.

Kiara memandang meja nomor sembilan, Oh Tuhan. Ada seseorang duduk di sana. Kiara merasakan oksigen di tempat itu semakin menipis saja. Dia lekas menarik napas.

"Tampan, tinggi, putih, dan keren."

Kiara mengurut dada, perasaannya bercampur aduk. Kali ini bener - bener surprise.

***

PINK CAFE, 15:56 WIB

Kiara menjadikan tasnya sebagai tameng. Dia bergegas keluar dari cafe, napasnya ngos - ngosan.

"Bruuuukkk."

Kiara menabrak seseorang di pintu keluar. Gadis itu terpelanting. "Oh Tuhan, kesialan apalagi ini."

"Heii, maaf, maaf Nona."

Kiara mencoba untuk berdiri. Sakit sekali rasanya. Tapi rasa sakitnya sampai ke hati. "Iya, tak apa." sahut Kiara.

"Lhoo, Kiara?"

Kiara menoleh, Lelaki yang ditubruknya barusan tersenyum. Gigi putih berbaris rapi, senyumnya yang menawan ditambah dengan keindahan lain yang membuat Kiara terpana,
-- dan PINGSAN.

***

PINK CAFE, 16:00 WIB
Meja nomor sembilan.
Kiara tersenyum malu, Barata tergelak.

"Jadi, jadi dia..."

"Iya Kiara. Yang kamu lihat tadi mang Tarjo. Supir aku. Sengaja aku suruh masuk duluan ke cafe untuk memastikan apakah kamu sudah datang apa belum." jelas Barata sambil terkekeh lagi. Kiara hanya cemberut, dan memasang tampang manyun.

Kiara memang tak percaya. Barata yang duduk di depannya, dan lelaki yang tadi dilihatnya, "Dasar Dhea." Kiara sangat menyesal menuruti kata - kata Dhea.

"Jadi pas melihat lelaki pendek, gendut, botak, dan berkulit gelap duduk di sini, kamu langsung berpikir kalau itu aku?"
Kiara merasakan pipinya memanas. Merona merah jambu. Paling tidak semua berjalan sesuai rencana. Dan kali ini Kiara pastikan Dhea akan menyesal.

"Kamu sudah siap, Kiara cantik? Aku akan mengenalkanmu pada keluargaku."

Barata mengajak Juara berdiri sembari menggenggam jemari Kiara dengan hangat. Kiara sangat berbahagia, Barata menekan tuts di layar ponsel, lalu dia tersenyum kepada Kiara. Perlahan, Kiara merasakan jiwanya seperti tersedot. Terserap ke dalam ruang waktu yang terasa sangat berbeda. Kiara tahu bahwa sekarang dia memasuki dunia yang tak lagi sama.

***

*Fiksi ini kuikutkan pada event #CeriteraJuli prompt #30 @KampungFiksi *

Tema :
"Tokoh ceritamu memutuskan untuk bertemu dengan seorang teman yang hanya dikenalnya melalui internet. Selama ini dia tidak memperlihatkan sosok yang sesungguhnya. Mengapa dia melakukan itu? Apa yang terjadi saat mereka bertemu."

@Mitha_AdelSanto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar