*Sketsa gambar oleh R3dcarra*
-------------------------------------------------------------------
Saat kucoba untuk mencari tahu, Meta bersumpah telah mengunci
mulutnya serapat mungkin.
Rahasia seperti apa, aku sendiri pun tidak tahu. Bahkan saat
senja jatuh di pelukan malam, ketika gelap benar-benar menyergap rasa ingin
tahuku, Meta masih saja nyaman dalam kebungkamannya.
“Demi Tuhan, rahasia macam apa yang kausimpan dariku, Meta!”
jeritku geram.
“Bukan apa-apa, lupakan!” Meta menjawab pertanyaanku dengan
santai sekali.
“Apa perlu aku membayar untuk setiap kata yang kausimpan di
mulutmu itu?” Kali ini nada suaraku lebih kutinggikan lagi.
“Ara, please...
kau menyakiti gendang telingaku.”
“Biarrrr!”
Meta bergeser. Aku gemetar. Meta tersenyum. Aku yang gusar.
“Kau penasaran, Nona?” Godanya.
Kulemparkan guling tepat ke arahnya. “Jangan memancingku, heh!”
Dia tertawa, terpingkal-pingkal.
“Aku terlanjur berjanji – padanya – kukatakan akan kujaga rahasia
itu dari siapapun. Termasuk kau, Ara!”
“What??? Bahkan dari
sahabat terbaikmu sekalipun?”
Meta mengangguk. “Yap!”
“Janji apa?”
“Janji bahwa aku tidak akan pernah memberitahumu kalau lusa Syailendra
akan datang meminang – Oopsss...”
***
Mari berpesta Fiksi
oleh : Ramita Zurnia
twitterku : @Mitha_AdelSanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar