*Sketsa gambar oleh r3dcarra*
------------------------------------------------------------------------------------------------
“Mama di mana, Pa?”
Nadine merengek lagi. Mungkin sudah hampir satu jam putri
kecilku yang cantik ini mempertanyakan keberadaan mamanya.
“Bukankah ada Papa di sini, Nadine sayang.”
Nadine merengut lagi. Kukecup lembut dahinya, dan kutarik ia
ke pelukanku.
“Nadine mau ketemu mama, Pa.”
“Tapi kan sudah ada Papa,”
“Tapi Nadine rindu mama, Pa. Kapan mama pulang?”
Kutahan napas sedikit lebih lama. Biarlah sesak dadaku. Ahhh. Sangat tidak mungkin bagiku untuk
menghubungi Nathaya – memintanya menjemput Nadine – dan memaksanya membayar
kesalahannya selama ini.
“Besok, Nak. Besok mama pasti pulang. Nadine sabar ya sayang...”
Aku tersenyum getir. Nadine akan tetap merajuk, meski pun
aku telah mencoba membujuk dan membuatnya lupa pada mamanya.
Zzzzttt... Zzzttttt..
Ponselku bergetar pelan. Pesan masuk. Dari Nathaya.
“Barata, Tolong jaga Nadine
untukku. Please... Cintai dan sayangi dia seperti darah dagingmu sendiri. Demi Tuhan!
Aku mencintaimu – sulit bagiku utk lepas dari tempat terkutuk ini. *Nathaya*”
***
Mari berpesta fiksi.
Oleh : Ramita Zurnia
Twitterku : @Mitha_Adelsanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar