*Sketsa gambar oleh r3dcarra*
---------------------------------------------------------------------------------
Ratih terdiam. Berulang kali gadis itu meremas tangannya
sendiri. Dia ketahuan.
“Kau melihatnya, bukan? Apa kau tertarik untuk mencobanya? Bersamaku,
Ratih. Akan kuajari kau mengarungi samudera tak bertepi ini.”
Wajah Ratih terasa memanas. Sungguh. Ratih hanya ingin
bergegas keluar dari sana, lantas membungkam mulutnya atas apa yang telah
dilihatnya barusan.
“Bolehkah saya permisi, Tuan?”
Yang disebut Tuan malah terkekeh. “Kau begitu lugu, Ratih. Jangan
berbohong lagi, kauingin?”
Ratih mulai merasa tidak nyaman dengan kain kebaya yang melekat
di tubuhnya. Beberapa detik terakhir, gadis itu menyesal telah menyaksikan
adegan terkutuk tersebut.
“Sa – sayaa permisi, Tuan,”
Ratih tergesa.
“Tunggu!”
Jantung Ratih berdebar kencang sekali. Ketakutan mulai
menyergap. Ya Tuhan, aku takut sekali.
“Yaaa Tuan...”
“Tunggu, masih ada yang harus kita selesaikan,”
Ratih pasrah. Menyesal.
Aku tidak menginginkannya,
TIDAK.
Langit tiba-tiba berubah warna-warni.
“Woaaaa... ini.......?”
Ratih bingung. Ranjang berderit-derit, ekor mereka saling berlilitan.
“Tuan, sepertinya aku butuh sarapan,”
***
Mari berpesta fiksi, gaes...
Oleh : @Mitha_AdelSanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar