Wajah lusuh bermandikan keringat,
memelas di tiap tengadah tangan,
berharap recehan menggelinding di telapaknya.
Ia berjalan dan terus berjalan,
mengulur tangan pada setiap orang,
dan akupun tahu tak banyak yang dia harapkan.
Tubuhnya nan lusuh berbalut kain kumuh,
ia yang berjalanpun terus berjalan.
Tak lelah ia,
tak letih merindukan uluran tangan memohon iba dan kasihan.
Hujanpun lepas pada musimnya,
ia menggigil menunggu dan menunggu.
Oh ayah dan bunda,
jiwa meronta di persimpangan jalan-Nya,
andai saja ayah,
ahh andai saja bu..
Jiwa ini merintih di tengah kekejaman,
mengerang di antara kebisingan dunia,
apalah daya,
Terbiasa sendiri melawan dunia.
memelas di tiap tengadah tangan,
berharap recehan menggelinding di telapaknya.
Ia berjalan dan terus berjalan,
mengulur tangan pada setiap orang,
dan akupun tahu tak banyak yang dia harapkan.
Tubuhnya nan lusuh berbalut kain kumuh,
ia yang berjalanpun terus berjalan.
Tak lelah ia,
tak letih merindukan uluran tangan memohon iba dan kasihan.
Hujanpun lepas pada musimnya,
ia menggigil menunggu dan menunggu.
Oh ayah dan bunda,
jiwa meronta di persimpangan jalan-Nya,
andai saja ayah,
ahh andai saja bu..
Jiwa ini merintih di tengah kekejaman,
mengerang di antara kebisingan dunia,
apalah daya,
Terbiasa sendiri melawan dunia.
***
Postingan Ulang Note Fesbukku
Ramita Zurnia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar