Senin, 12 Oktober 2015

#Mita'sDiary - Belajarlah dari Sepotong Keikhlasan

 Bismillahirrohmaanirrohiim..

Di sudut senja yang hiruk pikuk,
Duduk tertunduk seraut wajah lusuh,
Mengapit derita dalam dekapan senja berabu, penuh abu, penuh sesak dan berbau sendu.
Semua yang berlalu lalang, penuh sesak tak memberinya peluang.
Dasar manusia beruang, bertingkah pongah, sombong bertuah!!
Dia pikir dunia ini miliknya apa?
Bisa dibeli, dikontrak, disewA seenaknya.
Lalu kami ini apa???

Tubuh kurus terlalu mengering itu beranjak pelan,
Menopang langkah-langkah resahnya ke ujung jalan yang berebut di kemacetan.
Ia terseok mengapit harapan di tangan,
Berharap sedikit recehan dan ribuan.
Bukan kaleng ia tengadahkan.
Tak sanggup tangan gemetarnya ia tadahkan.
Namun ia menjajakan buah tangan.
Mainan jaman lama yang lebih berharga dibandingkan tablet dan gadget anda!
yaaa, hanya mainan sederhana.
Yang anda dan saya pernah mainkan ketika bocah ingusan juga,
Sebuah mainan Sederhana,
Buah karya tanpa cela,
Sebab dulu anda dan saya juga peminatnya.

Aaah, lupakan kisah semasa lama!!!

Tubuh Lusuh berbaju kumal,
Basah oleh keringat yang tak pandang bulu,
Namun itulah kehidupanya, menopang raga dengan menerima keadaannya.
IstiQomah dalam setiap usahanya,
Sedari dia muda hingga berusia senja.
Dia berpasrah dan bahagia,
Hidup bersahaja dan ikhlas menjalaninya.

Berbeda ketika mata tertumbuk di sudut lain,
Gemerlap cahaya menyilaukan mata.
Saking silaunya, dia tutupi dengan kacamata hitamnya,
mmmm, tak sadarkah dia, senja telah beranjak gulita.
Ini dia sebagian dari kita, pulang ke istana megah dengan terpapah.
di rumah kehampaan terpapar tanpa penghalang mata,
Anaknya asyik dikeasyikan tak bermakna, tablet dan gadget hadiah yang dia pongah dan angkuhkan,
tak menyambutnya dengan senyuman dan tawa hangat.
di sudut yang sama, pasangan setia dengan modernisasi di genggamannya,
dunia di tangan, sementara Dia terabaikan.
Itulah buah ke-tidak-sadaran, ke-tidak-benaran, ke-tidak-sengajaan yang pahit untuk ditelan.

aaah lupakan,
Dia yang angkuh menikmati lagu sendu,
Alunan yang dia ciptakan,
Cuma nada-nada kosong dan melompong.

Coba dia sadari di sudut jalanan berabu
tubuh Tua lemah tak bertenaga,
Seandainya tadi diulurkannya ribuan saja,
mungkin dia paham kisah lama,
Ketika bocah belia, riang bermain dikelilingi cinta dan sayang.
Memainkan mainan sederhana, dari kayu dan bambu saja,
Ayah Bunda tertawa di sisinya,
Menemani dengan ikhlas dan bangga.

#SudahIkhlaskah kita sahabat??
menjalani hidup dan sisa usia?
bukankah kita menginginkan bahagia?
mari kita belajar dari sepotong keikhlasan yang sederhana..
inilah sedikit barisan miris yang kuuntai dengan penuh prihatin namun haru.

#SenandungRindukuTuhan

#Catatanku - * Belajarlah dari Sepotong keikhlasan *
telah kuposting di Note Fesbuk pada 17 januari 2015
dan hari ini kuposting ulang di blog ini. selamat membaca, gaes. :))
Ramita Zurnia
@Mitha_AdelSanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar